Senin, 24 Desember 2012

MEDITASI CAHAYA

                                                                       MEDITASI
Meditasi berarti memusatkan pikiran pada suatu objek. Banyak objek yang bisa dijadikan objek meditasi. Objek meditasi yang kita bicarakan adalah cahaya.  Jadi, ketika meditasi kita berusaha memusatkan pikiran pada cahaya yang berasal dari batin. Guru akan membuka mata kebijaksanaan kita sehingga dapat melihat cahaya batin tersebut dan mengajarkan bagaimana caranya bermeditasi. Mungkin awalnya kita akan susah untuk konsentrasi karena pikiran kita terus mengembara kemana-mana namun seiring waktu dan tekad yang kuat untuk berlatih rohani, maka cepat atau lambat kita akan bisa bermeditasi dengan baik. Hasil dari meditasi cahaya ini dapat kita rasakan baik dalam kehidupan jasmani dan rohani. Dimana kehidupan kita semakin baik seperti kegelisahan, kekhawatiran, dan kebencian berkurang, dan cara pandang kita berubah ke arah yang lebih positif serta dapat memahami hukum-hukum kesunyataan lebih jelas.
Lahir sebagai manusia adalah berkah yang amat mulia, karena dengan lahir sebagai manusia kita dapat berlatih rohani agar tidak lahir di alam-alam sengsara (binatang, neraka, setan) dan menyeberangi lautan kelahiran dan kematian (samsara). Dari 84.000 pintu, pintu manusia yang terakhir, jadi kita tidak boleh mensia-siakan kehidupan manusia lagi. Dengan melakukan meditasi secara rutin dan berusaha menjalankan sila maka kita telah menciptakan karma baik yang berlimpah sehingga dapat lahir di alam bahagia. Meditasi juga akan menimbulkan kebijaksanaan sehingga dengan kebijaksanaan ini kita dapat membedakan mana yang benar dan salah.
Dalam Dhammapada dikatakan:
“Dari meditasi timbullah kebijaksanaan, karena tak bermeditasi hilanglah kebijaksanaan. Dengan mengetahui jalan yang maju dan mundur ini, seseorang sepatutnya menempatkan dirinya sedemikian rupa sehingga kebijaksanaannya bertambah” (Dhammapada BAB XX: 282)
Setelah mengetahui sedikit banyak arti meditasi dan manfaat meditasi seyogianya kita sebagai manusia harus berusaha setahap demi setahap melakukan latihan rohani, agar hidup kita baik didunia maupun setelah kita meninggal akan berada didalam cahaya terang dan dilindungi oleh para Buddha dan Bodhisattva.
                                               CAHAYA
Cahaya begitu penting bagi kehidupan manusia. Jika dibumi ini tidak ada cahaya matahari maka bumi ini tidak ada kehidupan lagi. Di malam hari kita memerlukan lampu listrik untuk menerangi rumah kita. Cahaya amat dibutuhkan baik pagi, siang dan malam hari. Bagaimanakah didalam batin kita? Buddha Sakyamuni mengatakan semua makhluk didalam triloka diliputi kegelapan batin (avijja). Batin kita gelap maka kita memerlukan cahaya untuk meneranginya.
Cahaya peneranganlah yang dapat menyinari batin kita. Penerangan berasal dari kata “terang” yang berarti cahaya. Bodhidharma salah satu master zen mengatakan, ”Jika kita bermeditasi melihat cahaya terang seperti terangnya matahari berarti kita telah mencapai penerangan, pengalaman ini cukup kita saja yg tahu”. Didalam Sutra Maha Kesadaran yang Sempurna, Buddha Sakyamuni mengatakan:
”Pada dasarnya jati diri ini suci bersih, terang benderang, tenang, tanpa reaksi, tidak lahir dan tidak musnah. Ia adalah sari pribadi Buddha (Hakikat Buddha)”.
Penerangan sebenarnya kita mengalami cahaya jati diri kita sendiri yang terang benderang seperti ribuan cahaya matahari yang berada di sepuluh penjuru. Cahaya ini adalah cahaya abadi yang bersemayam dalam tubuh semua makhluk. Buddha Sakyamuni menyebutnya sebagai Hakikat Kebuddhaan. Jadi ketika meditasi cahaya kita memusatkan pikiran pada Cahaya Kebuddhaan yang bersemayam dalam tubuh kita. Cahaya ini bukan diluar melainkan adalah cahaya yang berasal dari batin.
Dalam Udana VIII:3 Buddha Sakyamuni mengatakan:
       “Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan dan pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, dan pemunculan dari sebab lalu”.
Ada yang sejati yang dapat membebaskan kita dari kelahiran dan kematian yaitu Cahaya Kebuddhaan yang terang benderang yang berada di 10 penjuru. Cahaya sejati ini akan mengusir kegelapan batin dalam diri kita yang sudah begitu gelap karena kebodohan, keserakahan, dan kebencian yang telah berakar selama ribuan bahkan milyaran kehidupan. Buddha Sakyamuni juga mengatakan, ”Semua mahkluk memiliki Sifat Kebuddhaan dan bisa menjadi Buddha”. Murid-murid Buddha Sakyamuni telah mengalami Cahaya Sejati waktu mereka bermeditasi yang luasnya di sepuluh penjuru yang terang benderang ketika mereka mengalami penerangan.
Inilah beberapa pengalaman penerangan murid-murid Buddha Sakyamuni didalam Surangama Sutra:
1.      Subhuti (arahat) memasuki cahaya mulia Thatagatha yang luasnya bagaikan lautan dan jagad raya.
2.      Sariputra (arahat) mencapai persepsi pengelihatan yang terang dan sempurna.
3.      Sundarananda (arahat) tubuh dan pikirannya menjadi terang, setiap tarikan nafasnya berubah menjadi cahaya yang menerangi 10 penjuru.
4.      Mahamaudgalyayana (arahat) duduk didalam keheningan memungkinkan cahaya dari pikiran muncul.
5.      Bodhisattva cahaya kristal, tubuh dan pikiranku memancarkan cahaya yang menerangi segala dunia tanpa rintangan.
6.      Bodhisattva Akasagarbha, pikiranku berubah bagaikan cermin yang memancarkan cahaya mulia misterius yang menembus 10 penjuru.
7.      Bodhisattva Maitreya, bila pikiran sadar menjadi terang dan murni, seseorang menyadari realitas utuh.
“Dia yang hidup seratus tahun yang tak memahami keadaan tanpa kematian maka hidup satu hari terlebih baik bila ia memahami yang tanpa kematian” (Dhammapada Bab VIII : 114)

                                   MANFAAT MEDITASI
Manfaat meditasi cahaya antara lain:
1.      Membuat hati lebih tenang dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Menimbulkan kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.
3.      Mengikis karma-karma buruk.
4.      Dapat lahir di alam bahagia.
5.      Mengikis kotoran batin (kebencian, keserakahan, kebodohan).
6.      Menemukan jati diri.
7.      Dan lain-lain.

“Bangunlah, sadarkan dirimu, janganlah lengah. Ikutilah hukum kebajikan. Dia yang mempraktekkan kebajikan, hidup dengan bahagia baik di dunia ini maupun kelak di alam lain.  (Dhammapada Bab XIII : 168)

                                          GURU MEDITASI
Guru meditasi adalah seseorang yang dapat membimbing muridnya didalam latihan meditasi. Seorang guru meditasi harus bisa menjaga muridnya baik jauh maupun dekat, bahkan di alam-alam rohani. Guru meditasi setidaknya harus memiliki 3 badan yaitu:
1.      Tubuh jelmaan: Tubuh jelmaan diciptakan untuk menjaga muridnya baik jauh dan dekat sehingga muridnya dapat dilindungi dari bahaya dalam berlatih rohani seperti jebakan iblis. Tubuh jelmaan wujudnya sangat indah dan menabjubkan. Tubuh jelmaan ini juga diciptakan untuk mengajar di alam-alam rohani yang tidak terlihat oleh mata biasa.
2.      Tubuh cahaya: Tubuh cahaya merupakan hakikat sejati dari Sang Guru. Cahaya ini ada dimana-mana. Cahaya ini hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang mata kebijaksanaannya telah terbuka.
3.      Tubuh jasmani: Tubuh jasmani digunakan untuk mengajar manusia. Mengajar manusia harus memakai badan manusia inilah hukum alam.
Meditasi merupakan perjalanan rohani, jadi seorang Guru harus bisa menjaga muridnya baik jauh dan dekat karena di alam rohani banyak rintangan yang menghadang. Di setiap alam dikuasai oleh mahkluk-mahkluk yang mempunyai kekuatan gaib yang dapat menipu kita, bahkan mereka bisa menyamar menjadi orang suci untuk mengelabui kita.
Para suci India selalu mengatakan:
"Carilah seorang Satguru untuk perjalanan rohani, tanpa Satguru jalan rohani penuh resiko dan bahaya. Meskipun ada ratusan bulan, meskipun ada ribuan matahari yang memancarkan cahayanya, tanpa Satguru semuanya gelap gulita. Bila Sabda tidak ada, kegelapan merajalela. Kita tidak akan memperoleh apa-apa dan senantiasa datang dan pergi. Satguru memiliki kuncinya, tak ada seorang pun yang dapat membuka pintunya. Bila seseorang bernasib baik,  ia akan bertemu dengan Satguru".
Dalam Sutra Vimalakirti dikatakan, Bodhisatva Jagatimdhara pernah ditipu oleh iblis yang menjadi dewa sakra yang ingin memberikan 12.000 peri untuk melayani Bodhisatva Jagatimdhara. Namun Bodhisatva Vimalakirti muncul dengan seketika dan mengatakan kepada Bodhisatva Jagatimdhara bahwa itu bukan dewa sakra melainkan iblis yang mengganggunya. Iblis ketakutan karena penyamarannya terbongkar dan mencoba melarikan diri.
Berlatih rohani seorang diri amat berbahaya, seperti berjalan diatas jurang setiap langkah dapat membunuh kita. Buddha Sakyamuni pun telah banyak menjadi murid guru rohani sebelum Ia mencapai tingkat Buddha. Jika kita ingin pandai berbahasa inggris maka kita harus mencari guru bahasa inggris yang pintar, demikian pula bagi seseorang yang ingin mencapai penerangan harus mencari seorang guru penerang yang dapat membantunya mengalami cahaya penerangan. Dikatakan dalam Sutra Maha Kesadaran yang Sempurna Buddha Sakyamuni bersabda:
“O putra berbudi! Ketahuilah, apabila para umat yang berada dimasa perode dharma terakhir bertekad membangkitkan bodhicittanya atau mencurahkan perasaan maha welas asihnya kepada umat yang sengsara, maka mereka harus berguru kepada tokoh-tokoh bijak yang benar memiliki pandangan benar dan pengertian benar”.
Guru yang baik akan membimbing kita sampai tujuan dan mengarahkan pikiran keliru ke arah pikiran benar. Seperti pergi ke suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi, maka setidaknya kita memiliki peta dan lebih baik lagi kita memiliki pemandu agar kita tak tersesat dan bertanya kepada pemandu hal yang tidak kita mengerti. Inilah salah satu faktor mengapa Buddha Sakyamuni juga menyarankan kepada manusia pada periode dharma terakhir untuk menemukan seorang Guru yang bijaksana. 
“Andaikata seseorang melihat seorang bijaksana yang mendekati dirinya yang menunjukkan apa yang seharusnya dihindari, hendaknya ia mengikuti orang bijak semacam itu sebagaimana ia mengikuti orang yang mau menunjukkan harta kekayaan yang terpendam. Adalah baik dan tidaklah tercela mengikuti jejak orang bijak”. (Dhammapada Bab VI : 76)

                 WAKTU, TEMPAT,  DAN SIKAP MEDITASI
            Setiap waktu adalah baik jika kita dapat fokus dan bermeditasi. Masalahnya sebagian dari kita harus mencari nafkah untuk kehidupan dan keluarga kita, sehingga harus dapat melihat situasi dan kondisi yang cocok. Pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk meditasi karena tubuh dan pikiran telah istirahat selama tidur malam. Waktu pagi hari yang baik sekitar pukul 03.00-06.00 pagi. Siang hari pukul 12.00-14.00 siang dan malam hari pukul 19.30-21.30 malam. Jika kita sibuk setelah bekerja seharian kita dapat melaksanakan meditasi siang jika ada waktu dan malam setelah bekerja. Selama 24 jam kita menyisihkan waktu lebih kurang setengah jam untuk bermeditasi. Setidaknya kita mengumpulkan harta rohani yang kelak kita gunakan setelah kita meninggal nanti.
            Tempat meditasi sesuai dengan keserasian orang yang melakukan meditasi. Ada meditator yang suka bermeditasi di kamar, ruang tamu, ruang kosong, vihara, dan sebagainya. Selama meditasi, siswa akan dijaga jelmaan Guru yang tidak terlihat oleh mata biasa tapi jika mata dewa siswa telah terbuka ia akan dapat melihat jelmaan Guru duduk didekatnya waktu bermeditasi sehingga ia merasa aman. Inilah salah satu kegunaan guru jelmaan yang bisa menjaga siswanya baik jauh maupun dekat, jadi siswa merasa aman dan terhindar dari gangguan-gangguan yang tidak terlihat.
            Sikap meditasi yang baik adalah dapat duduk bersila dan tubuh tegak. Pikiran rileks dan lupakan semua masalah duniawi sehingga kita mudah memasuki Samadhi. Kebahagiaan yang didapat dari meditasi melebihi harta duniawi jadi jangan heran kenapa banyak raja-raja, pangeran-pangeran dan lainnya melepaskan harta duniawi untuk mencari harta rohani yang belum pernah mereka dapat sebelumnya. Harta rohani tidak menimbulkan kegelisahan dan kekhawatiran seperti harta duniawi yang tidak kekal namun menimbulkan kesukacitaan dan kebahagiaan yang luar biasa.
“Mereka yang bertekad menguasai pikirannya yang jauh mengembara, tunggal, tak berbentuk yang terletak dilubuk hati niscaya akan terbebas dari belenggu- belenggu mara”. (Dhammapada Bab III : 37 )

                               MATA KEBIJAKSANAAN
Di India, jika murid seorang guru telah mencapai penerangan maka gurunya menitikkan tanda merah ditengah dahinya sebagai tanda jika murid tersebut telah mencapai penerangan. Jika kita melihat gambar Buddha dan Bodhisatva, ada titik merah ditengah dahi mereka sebagai tanda bahwa mereka telah mencapai penerangan.
Buddha Sakyamuni menyebutnya sebagai mata dharma atau mata kebijaksanaan.  Jika mata kebijaksanaan kita terbuka, maka kita dapat melihat cahaya sejati dari Buddha. Sewaktu Buddha Sakyamuni membabarkan Anattalakkhana Sutta, Kondanna memperoleh mata dharma sehingga ia dapat mengerti tentang khotbah tersebut dan akhirnya mencapai kesucian.  Didalam perjalanan Buddha Sakyamuni membabarkan kebenaran, banyak orang yang mata dharmanya terbuka dan mencapai kesucian setelah mendengarkan khotbahnya.
Jika mata kebijaksanaan kita terbuka maka dengan demikian kita akan lebih bijaksana. Dalam Sutra Amitayur Dhyana Sutra, Buddha Sakyamuni menyinggung tentang mata kebijaksanaan. Buddha Sakyamuni mengatakan:
“Mereka yang bermeditasi pada Buddha Amitayus hendaknya memulai dengan satu ciri atau tanda tunggal, pertama mereka hendaknya pada lingkaran pada rambut putih yang terletak diantara kedua alisnNya. Setelah melakukan ini 84 ciri dan tanda alami akan segera muncul didepan mata mereka. Mereka akan melihat Buddha Amitayus dan semua Buddha yang tidak terhitung di sepuluh penjuru”.
Amitabha artinya cahaya tanpa batas, Amitayus artinya waktu yang tak terhingga.  Hal ini mengingatkan kepada kita tentang jati diri kita yaitu cahaya yang terang benderang, tidak lahir dan tidak mati, jika ingin melihat cahayanya kita harus membuka mata kebijaksanaan kita.
Mata kebijaksanaan atau disebut juga mata dharma berbeda dengan mata dewa. Jika mata kebijaksanaan kita terbuka maka kita bisa melihat cahaya Buddha atau tubuh Dharmanya yang begitu terang. Mata kebijaksanaan membawa kita kejalan penerangan.  Hanya seorang guru sejati saja yang dapat membuka mata kebijaksanaan ini, karena ia mempunyai kuncinya.
Waktu bermeditasi cahaya, murid harus memusatkan pikirannya di mata kebijaksanaan yang berada di tengah-tengah dahi. Pada awalnya murid akan melihat percikan cahaya yang kemudian menjadi cahaya warna-warni. Cahaya warna-warni ini pun semakin terang benderang, lama-kelamaan cahaya yang terang benderang ini berubah menjadi wujud Buddha, Bodhisattva, mahkluk-mahkluk suci, para dewa, alam Buddha-Bodhisattva, dan sebagainya.
Dikatakan dalam Amitayur-dhyana Sutra, jika kita dapat melihat Buddha Bodhisattva seperti Buddha Amitabha, Bodhisattva Avalokitesvara, dan sebagainya dalam meditasi, maka dapat membebaskan kita dari karma-karma buruk selama banyak kalpa dan terlahir di alam bahagia.

                                             ABHINNA
Abhinna adalah kekuatan batin luar biasa yang didapat dari meditasi. Setelah murid berlatih dalam beberapa waktu maka kemungkinan kekuatan batin dalam dirinya bisa muncul. Kekuatan batin itu seperti dapat membaca pikiran orang lain, melihat benda yang jauh atau tidak kasat mata (mata dewa), mendengar suara-suara yang jauh (telinga dewa), melihat masa depan dan masa lalu, meramal, melihat karma seseorang, dll.
Kekuatan batin ini bisa aktif karena kita bermeditasi dengan tekun, namun guru melarang keras kepada murid untuk memamerkannya didepan umum karena hal itu bisa menjauhkan siswa dari Dharma. Kita berlatih rohani untuk mengikis kotoran batin seperti kebencian, kebodohan, keserakahan, dan mengakhiri roda kelahiran dan kematian yang akhirnya membawa kita ke Nibbana (kebahagiaan tertinggi).  Buddha Sakyamuni pun tidak suka murid-muridnya mempertontonkan kekuatan gaib kecuali bila terpaksa.
Suatu saat ketika Sang Buddha tinggal di Nalanda di Hutan Pavarika,  seorang umat yang  bernama Kevaddha datang kepada Beliau, memberi hormat dan berkata, “Yang Mulia, Nalanda adalah sebuah kota yang berhasil, masyarakat  yang  tinggal di  Nalanda hidupnya makmur, dan mereka mempunyai keyakinan terhadap Sang Bhagava. Yang Mulia, akan lebih baik jika Sang Bhagava menunjuk seorang bhikkhu untuk  memperagakan satu keajaiban dari kekuatan supernormal, sehingga orang-orang Nalanda akan menjadi lebih yakin kepada Sang Bhagava”. Sang Buddha menjawab, “Kevaddha, Tathagata tidak mengajarkan Doktrin kepada para bhikkhu dalam cara itu”.  Sang Buddha memberikan jawaban yang sama ketika pertanyaan yang sama diajukan kepada Beliau untuk kedua dan ketiga kalinya. Setelah ketiga kalinya, Sang Buddha menjawab bahwa ada tiga macam keajaiban supernormal:
1.      Keajaiban dari kekuatan supernormal untuk tampak menjadi   banyak menembus
dinding, terbang di udara, menyelam ke dalam tanah, berjalan di atas air. Semua itu
adalah perbuatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh orang biasa.
2.      Kekuatan supernormal untuk membaca pikiran orang lain.
3.      Kekuatan supernormal untuk mampu membimbing orang-orang sesuai dengan
tingkat batin mereka, demi kebaikan mereka sendiri, dengan menggunakan
cara-cara yang cocok untuk memperbaiki orang-orang tersebut.
Dua kekuatan supernormal yang pertama tersebut jika dipertunjukkan untuk mempengaruhi orang-orang demi kepentingan mereka sendiri, itu tidak berbeda dengan pertunjukkan seorang pesulap. Seorang bhikkhu yang mempraktekkan keajaiban duniawi semacam itu adalah sumber dari hal yang memalukan. Perbuatan-perbuatan tersebut mungkin dapat mempengaruhi dan memenangkan pengikut, tetapi hal-hal tersebut tidak membawa penerangan untuk membantu mereka menuju akhir    dukkha.
           Jenis ketiga dari kekuatan supernormal, meskipun ia bisa disebut suatu ‘keajaiban’, tetapi ia dapat menolong orang-orang untuk bebas dari penderitaan. Inilah satu-satunya kekuatan supernormal yang pantas  dipraktekkan.
Satu-satunya keajaiban yang harus dipertunjukkan adalah sebagai berikut: Bila engkau melihat seseorang yang penuh dengan nafsu, keinginan, dan keserakahan maka ajarlah dia untuk bebas dari nafsu, keinginan, dan keserakahan. Bila engkau melihat seseorang yang diperbudak oleh kebencian dan kemarahan, maka pakailah kekuatanmu untuk menolong dia mengendalikan kebencian dan kemarahannya. Bila engkau bertemu dengan orang yang bodoh dan tidak dapat melihat kealamiahan yang sebenarnya dari dunia (segala sesuatu di dunia adalah tidak kekal, mengecewakan, dan bukan milik kita), maka gunakanlah kekuatanmu untuk menolong dia mengatasi kebodohannya. Ini adalah ‘keajaiban’ berharga yang dapat engkau   pertunjukkan.
Nasihat kepada Kevaddha ini diperluas pula sampai kepada peraturan Vinaya yang melarang para bhikkhu untuk mempertunjukkan kekuatan-kekuatan gaib untuk mempengaruhi orang-orang dan memperoleh pengikut, tanpa membantu mereka mencapai pencerahan.
Hal      ini        jelas     pada    kasus   Pindola Bharadvaja. Arahat Pindola Bharadvaja yang terkenal dengan kekuatan-kekuatan batinnya. Seorang kaya yang ingin agar bhikkhu ini membuktikan kekuatan batinnya, menaruh sebuah mangkuk indah diatas sebuah tempat yang tinggi dan menantang orang-orang suci untuk dapat menurunkan mangkuk itu. Jika ia dapat melakukannya, ia dapat memiliki mangkuk itu.
Pindola Bharadvaja melayang naik dan membawa turun mangkuk tersebut dengan mudah. Ini juga dilakukan untuk membuktikan kepada orang kaya tersebut bahwa terdapat orang-orang suci di dunia ini, sebuah fakta yang tidak dipercaya oleh orang kaya itu. Ketika Sang Buddha mengetahui kejadian ini, Beliau memanggil Pindola Bharadvaja untuk membawa mangkuk tersebut. Beliau menghancurkan mangkuk itu berkeping-keping di depan kumpulan para bhikkhu, dan berkata, “Tathagata tidak senang pada demonstrasi kekuatan gaibmu. Kamu tidak pernah boleh memamerkan kekuatanmu semata-mata untuk memukau orang-orang bodoh”.
Kita berlatih rohani harus dapat membedakan hal yang baik dan buruk, hal yang membuat rohani maju atau sebaliknya. Sehingga dengan demikian manfaat dari latihan rohani akan kita dapat didalam kehidupan ini. Semakin kebencian,  kegelisahan,  kekhawatiran dan keserakahan berkurang dalam batin kita yang akhirnya membuat batin tenang ,  setidaknya sedikit banyak kita mendapatkan manfaat latihan rohani kita.
                           SYARAT-SYARAT MEDITASI
Syarat-syarat untuk meditasi, antara lain:
1.      Berusaha vegetarian minimal 3x seminggu, jika lebih banyak makin baik. Vegetarian berarti kita harus makan sayuran atau menghindari mengkomsumsi hasil pembunuhan.  Dengan bervegetarian tubuh akan lebih sehat dan baik bagi latihan rohani. Dilihat dari anatomi atau susunan struktur tubuh manusia, manusia memiliki struktur anatomi yang sama dengan hewan pemakan tumbuhan. Hal dapat kita lihat sbb:
-          Mahkluk pemakan daging memiliki gigi yang runcing tajam dan kuat sedangkan mahkluk pemakan tumbuhan memiliki gigi yang rata dan kelihatan baik.
-          Mahkluk pemakan daging susunan ususnya pendek sedangkan mahkluk pemakan tumbuhan ususnya panjang. Manusia memiliki usus yang panjang.
-          Mahkluk pemakan daging lidahnya menjulur panjang keluar sedangkan manusia lidahnya pendek.
-          Mahkluk pemakan daging minum air dengan cara menjilat sedangkan manusia dengan cara menghisap.
Dilihat dari anatomi tubuh manusia  memang seharusnya makan sayuran. Manusia memiliki kesadaran yang tinggi dari binatang dengan kebijaksanaanya mereka dapat melihat dan belajar mengamati alam sehingga akan timbul pandangan hidup yang benar. 
 Dalam Lankanvantara Sutra, Buddha Sakyamuni mengatakan:”
“Semua mahkluk pada mulanya berasal dari sumber yang sama dan telah mengelilingi pengulangan lingkaran kelahiran dan kematian yang saling berhubungan dan telah menjadi enam saudara dekat satu sama lainnya (ayah, ibu, anak, kakak, adik laki-laki dan perempuan), oleh karena itu karena kita mencintai saudara kita, kita tidak boleh makan daging”.
Kita harus mengerti tentang hukum karma dan tumimbal lahir sehingga dengan demikian kita bisa vegetarian tanpa paksaan tapi vegetarian dengan pandangan yang benar, sehingga menimbulkan kebahagiaan didalam diri kita. Vegetarian merupakan sila para Bodhisattva. Bodhisattva Maitreya pernah lahir sebagai pertapa yg berpantang makan daging. Dewi Kwan Yin waktu lahir sudah tidak mau makan daging. Jadi kita harus mengikuti jalan mereka. Pada awalnya mungkin tak terbiasa namun lama-kelamaan kita akan terbiasa dengan memakan sayuran setiap hari.
2.      Berusaha menjalankan lima sila, lima sila yaitu:        
a.       Berusaha menghindari pembunuhan
b.      Berusaha menghindari kata-kata yang tidak benar  seperti berdusta, dsb.
c.       Berusaha menghindari pencurian
d.      Berusaha menghindari perbuatan asusila
e.       Berusaha menghindari mengkomsumsi makan dan minuman yang melemahkan kesadaran.
3.      Sebaiknya hanya meditasi setengah jam saja setiap hari sesuai intruksi guru, karena meditasi cahaya ini hanya meditasi kemudahan saja. Jika siswa ingin bermeditasi berjam-jam dan serius berlatih rohani maka guru akan mengajarkan metode yang lebih tinggi, yaitu metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara seperti yang tercantum dalam Surangama Sutra.
4.      Sebaiknya jangan menceritakan pengalaman batin kepada orang lain atau sesama murid karena bisa menimbullkan banyak rintangan batin seperti kesombongan, irihati, dsb. Pengalaman hanya boleh diceritakan kepada Guru.
5.      Selalu intropeksi diri, menjaga pikiran, ucapan dan perbuatan sehingga latihan rohani bisa berhasil. Berlatih rohani jangan selalu melihat kebaikkan dan keburukkan orang lain tapi melihat kekeliruan pikiran  sendiri  seperti kata Guru Huineng (Guru Zen) kepada muridnya .