Senin, 24 Desember 2012

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Guru Adi Dharma lahir pada tahun 1981 di salah satu provinsi di Indonesia. Ia berasal dari  keluarga miskin, dan seorang anak yang pemalu dan pendiam. Ia sendiri adalah penganut Buddhisme, namun ia sering mempelajari kitab-kitab agama lainnya. Pada umur 13 tahun ia sudah melatih meditasi dan banyak latihan meditasi yang ia pelajari. Ia bertemu dengan beberapa peramal yang meramalkan yang akan terjadi padanya. Peramal-peramal itu mengatakan hal yang sama bahwa pada umur 29 tahun, namanya akan dikenal banyak orang dan banyak orang yang akan mengikuti jalannya, karena kehidupan lalunya adalah Maha Guru India yang lahir kembali untuk mengajar manusia. Muridnya telah tersebar keseluruh wilayah Indonesia. Guru Adi Dharma mengajarkan bagaimana manusia dapat berhubungan dengan Kekuatan Tuhan yang bersemayam didalam tubuh ini. Kekuatan Tuhan yang bergetar di alam semesta yang dapat didengar oleh manusia yang telah terbuka telinga rohaninya. Suara-suara rohani ini  dibicarakan dalam semua agama, mereka menyebut Suara Abadi ini dalam berbagai sebutan. Para suci Hindu menamakannya: Ram Nam (Nama Tuhan), Ram Dhun (musik rohani Tuhan), Nirmad Naad (Suara murni), Divya Dhun (Suara ilahi). Para suci Sikh menyebutnya sebagai Nam (Nama Tuhan), Sabda (Suara Rohani). Para suci Islam menyebutnya sebagai Kalma (Suara Rohani), Ismai-azam (Nama Maha Agung), Bang –i-Asmani (Suara Dari Langit), Sultan-ul-Azkar (Raja Segala Mantra). Para suci Kristen menyebutnya sebagai Firman, Logos. Para suci Tao menyebutnya sebagai musik surgawi, dan Para suci Buddha menyebutnya sebagai Suara Batin. Suara ini merupakan Hakikat Tuhan yang bersemayam dalam batin semua mahluk. Ajarannya gratis tidak meminta bayaran apapun, bebas dan tidak terikat, dan tidak perlu meninggalkan kepercayaan dan agama masing-masing. Yang ingin menjadi siswanya harus mendapatkan Transmisi Dharma atau Inisiasi, melakukan diet vegetarian (mengkonsumsi sayuran), dan menjalankan lima sila yaitu menghindari pembunuhan, kata-kata yang tidak benar, pencurian, perbuatan amoral, dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang melemahkan kesadaran.


MEDITASI CAHAYA

                                                                       MEDITASI
Meditasi berarti memusatkan pikiran pada suatu objek. Banyak objek yang bisa dijadikan objek meditasi. Objek meditasi yang kita bicarakan adalah cahaya.  Jadi, ketika meditasi kita berusaha memusatkan pikiran pada cahaya yang berasal dari batin. Guru akan membuka mata kebijaksanaan kita sehingga dapat melihat cahaya batin tersebut dan mengajarkan bagaimana caranya bermeditasi. Mungkin awalnya kita akan susah untuk konsentrasi karena pikiran kita terus mengembara kemana-mana namun seiring waktu dan tekad yang kuat untuk berlatih rohani, maka cepat atau lambat kita akan bisa bermeditasi dengan baik. Hasil dari meditasi cahaya ini dapat kita rasakan baik dalam kehidupan jasmani dan rohani. Dimana kehidupan kita semakin baik seperti kegelisahan, kekhawatiran, dan kebencian berkurang, dan cara pandang kita berubah ke arah yang lebih positif serta dapat memahami hukum-hukum kesunyataan lebih jelas.
Lahir sebagai manusia adalah berkah yang amat mulia, karena dengan lahir sebagai manusia kita dapat berlatih rohani agar tidak lahir di alam-alam sengsara (binatang, neraka, setan) dan menyeberangi lautan kelahiran dan kematian (samsara). Dari 84.000 pintu, pintu manusia yang terakhir, jadi kita tidak boleh mensia-siakan kehidupan manusia lagi. Dengan melakukan meditasi secara rutin dan berusaha menjalankan sila maka kita telah menciptakan karma baik yang berlimpah sehingga dapat lahir di alam bahagia. Meditasi juga akan menimbulkan kebijaksanaan sehingga dengan kebijaksanaan ini kita dapat membedakan mana yang benar dan salah.
Dalam Dhammapada dikatakan:
“Dari meditasi timbullah kebijaksanaan, karena tak bermeditasi hilanglah kebijaksanaan. Dengan mengetahui jalan yang maju dan mundur ini, seseorang sepatutnya menempatkan dirinya sedemikian rupa sehingga kebijaksanaannya bertambah” (Dhammapada BAB XX: 282)
Setelah mengetahui sedikit banyak arti meditasi dan manfaat meditasi seyogianya kita sebagai manusia harus berusaha setahap demi setahap melakukan latihan rohani, agar hidup kita baik didunia maupun setelah kita meninggal akan berada didalam cahaya terang dan dilindungi oleh para Buddha dan Bodhisattva.
                                               CAHAYA
Cahaya begitu penting bagi kehidupan manusia. Jika dibumi ini tidak ada cahaya matahari maka bumi ini tidak ada kehidupan lagi. Di malam hari kita memerlukan lampu listrik untuk menerangi rumah kita. Cahaya amat dibutuhkan baik pagi, siang dan malam hari. Bagaimanakah didalam batin kita? Buddha Sakyamuni mengatakan semua makhluk didalam triloka diliputi kegelapan batin (avijja). Batin kita gelap maka kita memerlukan cahaya untuk meneranginya.
Cahaya peneranganlah yang dapat menyinari batin kita. Penerangan berasal dari kata “terang” yang berarti cahaya. Bodhidharma salah satu master zen mengatakan, ”Jika kita bermeditasi melihat cahaya terang seperti terangnya matahari berarti kita telah mencapai penerangan, pengalaman ini cukup kita saja yg tahu”. Didalam Sutra Maha Kesadaran yang Sempurna, Buddha Sakyamuni mengatakan:
”Pada dasarnya jati diri ini suci bersih, terang benderang, tenang, tanpa reaksi, tidak lahir dan tidak musnah. Ia adalah sari pribadi Buddha (Hakikat Buddha)”.
Penerangan sebenarnya kita mengalami cahaya jati diri kita sendiri yang terang benderang seperti ribuan cahaya matahari yang berada di sepuluh penjuru. Cahaya ini adalah cahaya abadi yang bersemayam dalam tubuh semua makhluk. Buddha Sakyamuni menyebutnya sebagai Hakikat Kebuddhaan. Jadi ketika meditasi cahaya kita memusatkan pikiran pada Cahaya Kebuddhaan yang bersemayam dalam tubuh kita. Cahaya ini bukan diluar melainkan adalah cahaya yang berasal dari batin.
Dalam Udana VIII:3 Buddha Sakyamuni mengatakan:
       “Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila tidak ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan dan pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu karena ada yang tidak dilahirkan, yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, dan pemunculan dari sebab lalu”.
Ada yang sejati yang dapat membebaskan kita dari kelahiran dan kematian yaitu Cahaya Kebuddhaan yang terang benderang yang berada di 10 penjuru. Cahaya sejati ini akan mengusir kegelapan batin dalam diri kita yang sudah begitu gelap karena kebodohan, keserakahan, dan kebencian yang telah berakar selama ribuan bahkan milyaran kehidupan. Buddha Sakyamuni juga mengatakan, ”Semua mahkluk memiliki Sifat Kebuddhaan dan bisa menjadi Buddha”. Murid-murid Buddha Sakyamuni telah mengalami Cahaya Sejati waktu mereka bermeditasi yang luasnya di sepuluh penjuru yang terang benderang ketika mereka mengalami penerangan.
Inilah beberapa pengalaman penerangan murid-murid Buddha Sakyamuni didalam Surangama Sutra:
1.      Subhuti (arahat) memasuki cahaya mulia Thatagatha yang luasnya bagaikan lautan dan jagad raya.
2.      Sariputra (arahat) mencapai persepsi pengelihatan yang terang dan sempurna.
3.      Sundarananda (arahat) tubuh dan pikirannya menjadi terang, setiap tarikan nafasnya berubah menjadi cahaya yang menerangi 10 penjuru.
4.      Mahamaudgalyayana (arahat) duduk didalam keheningan memungkinkan cahaya dari pikiran muncul.
5.      Bodhisattva cahaya kristal, tubuh dan pikiranku memancarkan cahaya yang menerangi segala dunia tanpa rintangan.
6.      Bodhisattva Akasagarbha, pikiranku berubah bagaikan cermin yang memancarkan cahaya mulia misterius yang menembus 10 penjuru.
7.      Bodhisattva Maitreya, bila pikiran sadar menjadi terang dan murni, seseorang menyadari realitas utuh.
“Dia yang hidup seratus tahun yang tak memahami keadaan tanpa kematian maka hidup satu hari terlebih baik bila ia memahami yang tanpa kematian” (Dhammapada Bab VIII : 114)

                                   MANFAAT MEDITASI
Manfaat meditasi cahaya antara lain:
1.      Membuat hati lebih tenang dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Menimbulkan kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan.
3.      Mengikis karma-karma buruk.
4.      Dapat lahir di alam bahagia.
5.      Mengikis kotoran batin (kebencian, keserakahan, kebodohan).
6.      Menemukan jati diri.
7.      Dan lain-lain.

“Bangunlah, sadarkan dirimu, janganlah lengah. Ikutilah hukum kebajikan. Dia yang mempraktekkan kebajikan, hidup dengan bahagia baik di dunia ini maupun kelak di alam lain.  (Dhammapada Bab XIII : 168)

                                          GURU MEDITASI
Guru meditasi adalah seseorang yang dapat membimbing muridnya didalam latihan meditasi. Seorang guru meditasi harus bisa menjaga muridnya baik jauh maupun dekat, bahkan di alam-alam rohani. Guru meditasi setidaknya harus memiliki 3 badan yaitu:
1.      Tubuh jelmaan: Tubuh jelmaan diciptakan untuk menjaga muridnya baik jauh dan dekat sehingga muridnya dapat dilindungi dari bahaya dalam berlatih rohani seperti jebakan iblis. Tubuh jelmaan wujudnya sangat indah dan menabjubkan. Tubuh jelmaan ini juga diciptakan untuk mengajar di alam-alam rohani yang tidak terlihat oleh mata biasa.
2.      Tubuh cahaya: Tubuh cahaya merupakan hakikat sejati dari Sang Guru. Cahaya ini ada dimana-mana. Cahaya ini hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang mata kebijaksanaannya telah terbuka.
3.      Tubuh jasmani: Tubuh jasmani digunakan untuk mengajar manusia. Mengajar manusia harus memakai badan manusia inilah hukum alam.
Meditasi merupakan perjalanan rohani, jadi seorang Guru harus bisa menjaga muridnya baik jauh dan dekat karena di alam rohani banyak rintangan yang menghadang. Di setiap alam dikuasai oleh mahkluk-mahkluk yang mempunyai kekuatan gaib yang dapat menipu kita, bahkan mereka bisa menyamar menjadi orang suci untuk mengelabui kita.
Para suci India selalu mengatakan:
"Carilah seorang Satguru untuk perjalanan rohani, tanpa Satguru jalan rohani penuh resiko dan bahaya. Meskipun ada ratusan bulan, meskipun ada ribuan matahari yang memancarkan cahayanya, tanpa Satguru semuanya gelap gulita. Bila Sabda tidak ada, kegelapan merajalela. Kita tidak akan memperoleh apa-apa dan senantiasa datang dan pergi. Satguru memiliki kuncinya, tak ada seorang pun yang dapat membuka pintunya. Bila seseorang bernasib baik,  ia akan bertemu dengan Satguru".
Dalam Sutra Vimalakirti dikatakan, Bodhisatva Jagatimdhara pernah ditipu oleh iblis yang menjadi dewa sakra yang ingin memberikan 12.000 peri untuk melayani Bodhisatva Jagatimdhara. Namun Bodhisatva Vimalakirti muncul dengan seketika dan mengatakan kepada Bodhisatva Jagatimdhara bahwa itu bukan dewa sakra melainkan iblis yang mengganggunya. Iblis ketakutan karena penyamarannya terbongkar dan mencoba melarikan diri.
Berlatih rohani seorang diri amat berbahaya, seperti berjalan diatas jurang setiap langkah dapat membunuh kita. Buddha Sakyamuni pun telah banyak menjadi murid guru rohani sebelum Ia mencapai tingkat Buddha. Jika kita ingin pandai berbahasa inggris maka kita harus mencari guru bahasa inggris yang pintar, demikian pula bagi seseorang yang ingin mencapai penerangan harus mencari seorang guru penerang yang dapat membantunya mengalami cahaya penerangan. Dikatakan dalam Sutra Maha Kesadaran yang Sempurna Buddha Sakyamuni bersabda:
“O putra berbudi! Ketahuilah, apabila para umat yang berada dimasa perode dharma terakhir bertekad membangkitkan bodhicittanya atau mencurahkan perasaan maha welas asihnya kepada umat yang sengsara, maka mereka harus berguru kepada tokoh-tokoh bijak yang benar memiliki pandangan benar dan pengertian benar”.
Guru yang baik akan membimbing kita sampai tujuan dan mengarahkan pikiran keliru ke arah pikiran benar. Seperti pergi ke suatu tempat yang belum pernah kita kunjungi, maka setidaknya kita memiliki peta dan lebih baik lagi kita memiliki pemandu agar kita tak tersesat dan bertanya kepada pemandu hal yang tidak kita mengerti. Inilah salah satu faktor mengapa Buddha Sakyamuni juga menyarankan kepada manusia pada periode dharma terakhir untuk menemukan seorang Guru yang bijaksana. 
“Andaikata seseorang melihat seorang bijaksana yang mendekati dirinya yang menunjukkan apa yang seharusnya dihindari, hendaknya ia mengikuti orang bijak semacam itu sebagaimana ia mengikuti orang yang mau menunjukkan harta kekayaan yang terpendam. Adalah baik dan tidaklah tercela mengikuti jejak orang bijak”. (Dhammapada Bab VI : 76)

                 WAKTU, TEMPAT,  DAN SIKAP MEDITASI
            Setiap waktu adalah baik jika kita dapat fokus dan bermeditasi. Masalahnya sebagian dari kita harus mencari nafkah untuk kehidupan dan keluarga kita, sehingga harus dapat melihat situasi dan kondisi yang cocok. Pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk meditasi karena tubuh dan pikiran telah istirahat selama tidur malam. Waktu pagi hari yang baik sekitar pukul 03.00-06.00 pagi. Siang hari pukul 12.00-14.00 siang dan malam hari pukul 19.30-21.30 malam. Jika kita sibuk setelah bekerja seharian kita dapat melaksanakan meditasi siang jika ada waktu dan malam setelah bekerja. Selama 24 jam kita menyisihkan waktu lebih kurang setengah jam untuk bermeditasi. Setidaknya kita mengumpulkan harta rohani yang kelak kita gunakan setelah kita meninggal nanti.
            Tempat meditasi sesuai dengan keserasian orang yang melakukan meditasi. Ada meditator yang suka bermeditasi di kamar, ruang tamu, ruang kosong, vihara, dan sebagainya. Selama meditasi, siswa akan dijaga jelmaan Guru yang tidak terlihat oleh mata biasa tapi jika mata dewa siswa telah terbuka ia akan dapat melihat jelmaan Guru duduk didekatnya waktu bermeditasi sehingga ia merasa aman. Inilah salah satu kegunaan guru jelmaan yang bisa menjaga siswanya baik jauh maupun dekat, jadi siswa merasa aman dan terhindar dari gangguan-gangguan yang tidak terlihat.
            Sikap meditasi yang baik adalah dapat duduk bersila dan tubuh tegak. Pikiran rileks dan lupakan semua masalah duniawi sehingga kita mudah memasuki Samadhi. Kebahagiaan yang didapat dari meditasi melebihi harta duniawi jadi jangan heran kenapa banyak raja-raja, pangeran-pangeran dan lainnya melepaskan harta duniawi untuk mencari harta rohani yang belum pernah mereka dapat sebelumnya. Harta rohani tidak menimbulkan kegelisahan dan kekhawatiran seperti harta duniawi yang tidak kekal namun menimbulkan kesukacitaan dan kebahagiaan yang luar biasa.
“Mereka yang bertekad menguasai pikirannya yang jauh mengembara, tunggal, tak berbentuk yang terletak dilubuk hati niscaya akan terbebas dari belenggu- belenggu mara”. (Dhammapada Bab III : 37 )

                               MATA KEBIJAKSANAAN
Di India, jika murid seorang guru telah mencapai penerangan maka gurunya menitikkan tanda merah ditengah dahinya sebagai tanda jika murid tersebut telah mencapai penerangan. Jika kita melihat gambar Buddha dan Bodhisatva, ada titik merah ditengah dahi mereka sebagai tanda bahwa mereka telah mencapai penerangan.
Buddha Sakyamuni menyebutnya sebagai mata dharma atau mata kebijaksanaan.  Jika mata kebijaksanaan kita terbuka, maka kita dapat melihat cahaya sejati dari Buddha. Sewaktu Buddha Sakyamuni membabarkan Anattalakkhana Sutta, Kondanna memperoleh mata dharma sehingga ia dapat mengerti tentang khotbah tersebut dan akhirnya mencapai kesucian.  Didalam perjalanan Buddha Sakyamuni membabarkan kebenaran, banyak orang yang mata dharmanya terbuka dan mencapai kesucian setelah mendengarkan khotbahnya.
Jika mata kebijaksanaan kita terbuka maka dengan demikian kita akan lebih bijaksana. Dalam Sutra Amitayur Dhyana Sutra, Buddha Sakyamuni menyinggung tentang mata kebijaksanaan. Buddha Sakyamuni mengatakan:
“Mereka yang bermeditasi pada Buddha Amitayus hendaknya memulai dengan satu ciri atau tanda tunggal, pertama mereka hendaknya pada lingkaran pada rambut putih yang terletak diantara kedua alisnNya. Setelah melakukan ini 84 ciri dan tanda alami akan segera muncul didepan mata mereka. Mereka akan melihat Buddha Amitayus dan semua Buddha yang tidak terhitung di sepuluh penjuru”.
Amitabha artinya cahaya tanpa batas, Amitayus artinya waktu yang tak terhingga.  Hal ini mengingatkan kepada kita tentang jati diri kita yaitu cahaya yang terang benderang, tidak lahir dan tidak mati, jika ingin melihat cahayanya kita harus membuka mata kebijaksanaan kita.
Mata kebijaksanaan atau disebut juga mata dharma berbeda dengan mata dewa. Jika mata kebijaksanaan kita terbuka maka kita bisa melihat cahaya Buddha atau tubuh Dharmanya yang begitu terang. Mata kebijaksanaan membawa kita kejalan penerangan.  Hanya seorang guru sejati saja yang dapat membuka mata kebijaksanaan ini, karena ia mempunyai kuncinya.
Waktu bermeditasi cahaya, murid harus memusatkan pikirannya di mata kebijaksanaan yang berada di tengah-tengah dahi. Pada awalnya murid akan melihat percikan cahaya yang kemudian menjadi cahaya warna-warni. Cahaya warna-warni ini pun semakin terang benderang, lama-kelamaan cahaya yang terang benderang ini berubah menjadi wujud Buddha, Bodhisattva, mahkluk-mahkluk suci, para dewa, alam Buddha-Bodhisattva, dan sebagainya.
Dikatakan dalam Amitayur-dhyana Sutra, jika kita dapat melihat Buddha Bodhisattva seperti Buddha Amitabha, Bodhisattva Avalokitesvara, dan sebagainya dalam meditasi, maka dapat membebaskan kita dari karma-karma buruk selama banyak kalpa dan terlahir di alam bahagia.

                                             ABHINNA
Abhinna adalah kekuatan batin luar biasa yang didapat dari meditasi. Setelah murid berlatih dalam beberapa waktu maka kemungkinan kekuatan batin dalam dirinya bisa muncul. Kekuatan batin itu seperti dapat membaca pikiran orang lain, melihat benda yang jauh atau tidak kasat mata (mata dewa), mendengar suara-suara yang jauh (telinga dewa), melihat masa depan dan masa lalu, meramal, melihat karma seseorang, dll.
Kekuatan batin ini bisa aktif karena kita bermeditasi dengan tekun, namun guru melarang keras kepada murid untuk memamerkannya didepan umum karena hal itu bisa menjauhkan siswa dari Dharma. Kita berlatih rohani untuk mengikis kotoran batin seperti kebencian, kebodohan, keserakahan, dan mengakhiri roda kelahiran dan kematian yang akhirnya membawa kita ke Nibbana (kebahagiaan tertinggi).  Buddha Sakyamuni pun tidak suka murid-muridnya mempertontonkan kekuatan gaib kecuali bila terpaksa.
Suatu saat ketika Sang Buddha tinggal di Nalanda di Hutan Pavarika,  seorang umat yang  bernama Kevaddha datang kepada Beliau, memberi hormat dan berkata, “Yang Mulia, Nalanda adalah sebuah kota yang berhasil, masyarakat  yang  tinggal di  Nalanda hidupnya makmur, dan mereka mempunyai keyakinan terhadap Sang Bhagava. Yang Mulia, akan lebih baik jika Sang Bhagava menunjuk seorang bhikkhu untuk  memperagakan satu keajaiban dari kekuatan supernormal, sehingga orang-orang Nalanda akan menjadi lebih yakin kepada Sang Bhagava”. Sang Buddha menjawab, “Kevaddha, Tathagata tidak mengajarkan Doktrin kepada para bhikkhu dalam cara itu”.  Sang Buddha memberikan jawaban yang sama ketika pertanyaan yang sama diajukan kepada Beliau untuk kedua dan ketiga kalinya. Setelah ketiga kalinya, Sang Buddha menjawab bahwa ada tiga macam keajaiban supernormal:
1.      Keajaiban dari kekuatan supernormal untuk tampak menjadi   banyak menembus
dinding, terbang di udara, menyelam ke dalam tanah, berjalan di atas air. Semua itu
adalah perbuatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh orang biasa.
2.      Kekuatan supernormal untuk membaca pikiran orang lain.
3.      Kekuatan supernormal untuk mampu membimbing orang-orang sesuai dengan
tingkat batin mereka, demi kebaikan mereka sendiri, dengan menggunakan
cara-cara yang cocok untuk memperbaiki orang-orang tersebut.
Dua kekuatan supernormal yang pertama tersebut jika dipertunjukkan untuk mempengaruhi orang-orang demi kepentingan mereka sendiri, itu tidak berbeda dengan pertunjukkan seorang pesulap. Seorang bhikkhu yang mempraktekkan keajaiban duniawi semacam itu adalah sumber dari hal yang memalukan. Perbuatan-perbuatan tersebut mungkin dapat mempengaruhi dan memenangkan pengikut, tetapi hal-hal tersebut tidak membawa penerangan untuk membantu mereka menuju akhir    dukkha.
           Jenis ketiga dari kekuatan supernormal, meskipun ia bisa disebut suatu ‘keajaiban’, tetapi ia dapat menolong orang-orang untuk bebas dari penderitaan. Inilah satu-satunya kekuatan supernormal yang pantas  dipraktekkan.
Satu-satunya keajaiban yang harus dipertunjukkan adalah sebagai berikut: Bila engkau melihat seseorang yang penuh dengan nafsu, keinginan, dan keserakahan maka ajarlah dia untuk bebas dari nafsu, keinginan, dan keserakahan. Bila engkau melihat seseorang yang diperbudak oleh kebencian dan kemarahan, maka pakailah kekuatanmu untuk menolong dia mengendalikan kebencian dan kemarahannya. Bila engkau bertemu dengan orang yang bodoh dan tidak dapat melihat kealamiahan yang sebenarnya dari dunia (segala sesuatu di dunia adalah tidak kekal, mengecewakan, dan bukan milik kita), maka gunakanlah kekuatanmu untuk menolong dia mengatasi kebodohannya. Ini adalah ‘keajaiban’ berharga yang dapat engkau   pertunjukkan.
Nasihat kepada Kevaddha ini diperluas pula sampai kepada peraturan Vinaya yang melarang para bhikkhu untuk mempertunjukkan kekuatan-kekuatan gaib untuk mempengaruhi orang-orang dan memperoleh pengikut, tanpa membantu mereka mencapai pencerahan.
Hal      ini        jelas     pada    kasus   Pindola Bharadvaja. Arahat Pindola Bharadvaja yang terkenal dengan kekuatan-kekuatan batinnya. Seorang kaya yang ingin agar bhikkhu ini membuktikan kekuatan batinnya, menaruh sebuah mangkuk indah diatas sebuah tempat yang tinggi dan menantang orang-orang suci untuk dapat menurunkan mangkuk itu. Jika ia dapat melakukannya, ia dapat memiliki mangkuk itu.
Pindola Bharadvaja melayang naik dan membawa turun mangkuk tersebut dengan mudah. Ini juga dilakukan untuk membuktikan kepada orang kaya tersebut bahwa terdapat orang-orang suci di dunia ini, sebuah fakta yang tidak dipercaya oleh orang kaya itu. Ketika Sang Buddha mengetahui kejadian ini, Beliau memanggil Pindola Bharadvaja untuk membawa mangkuk tersebut. Beliau menghancurkan mangkuk itu berkeping-keping di depan kumpulan para bhikkhu, dan berkata, “Tathagata tidak senang pada demonstrasi kekuatan gaibmu. Kamu tidak pernah boleh memamerkan kekuatanmu semata-mata untuk memukau orang-orang bodoh”.
Kita berlatih rohani harus dapat membedakan hal yang baik dan buruk, hal yang membuat rohani maju atau sebaliknya. Sehingga dengan demikian manfaat dari latihan rohani akan kita dapat didalam kehidupan ini. Semakin kebencian,  kegelisahan,  kekhawatiran dan keserakahan berkurang dalam batin kita yang akhirnya membuat batin tenang ,  setidaknya sedikit banyak kita mendapatkan manfaat latihan rohani kita.
                           SYARAT-SYARAT MEDITASI
Syarat-syarat untuk meditasi, antara lain:
1.      Berusaha vegetarian minimal 3x seminggu, jika lebih banyak makin baik. Vegetarian berarti kita harus makan sayuran atau menghindari mengkomsumsi hasil pembunuhan.  Dengan bervegetarian tubuh akan lebih sehat dan baik bagi latihan rohani. Dilihat dari anatomi atau susunan struktur tubuh manusia, manusia memiliki struktur anatomi yang sama dengan hewan pemakan tumbuhan. Hal dapat kita lihat sbb:
-          Mahkluk pemakan daging memiliki gigi yang runcing tajam dan kuat sedangkan mahkluk pemakan tumbuhan memiliki gigi yang rata dan kelihatan baik.
-          Mahkluk pemakan daging susunan ususnya pendek sedangkan mahkluk pemakan tumbuhan ususnya panjang. Manusia memiliki usus yang panjang.
-          Mahkluk pemakan daging lidahnya menjulur panjang keluar sedangkan manusia lidahnya pendek.
-          Mahkluk pemakan daging minum air dengan cara menjilat sedangkan manusia dengan cara menghisap.
Dilihat dari anatomi tubuh manusia  memang seharusnya makan sayuran. Manusia memiliki kesadaran yang tinggi dari binatang dengan kebijaksanaanya mereka dapat melihat dan belajar mengamati alam sehingga akan timbul pandangan hidup yang benar. 
 Dalam Lankanvantara Sutra, Buddha Sakyamuni mengatakan:”
“Semua mahkluk pada mulanya berasal dari sumber yang sama dan telah mengelilingi pengulangan lingkaran kelahiran dan kematian yang saling berhubungan dan telah menjadi enam saudara dekat satu sama lainnya (ayah, ibu, anak, kakak, adik laki-laki dan perempuan), oleh karena itu karena kita mencintai saudara kita, kita tidak boleh makan daging”.
Kita harus mengerti tentang hukum karma dan tumimbal lahir sehingga dengan demikian kita bisa vegetarian tanpa paksaan tapi vegetarian dengan pandangan yang benar, sehingga menimbulkan kebahagiaan didalam diri kita. Vegetarian merupakan sila para Bodhisattva. Bodhisattva Maitreya pernah lahir sebagai pertapa yg berpantang makan daging. Dewi Kwan Yin waktu lahir sudah tidak mau makan daging. Jadi kita harus mengikuti jalan mereka. Pada awalnya mungkin tak terbiasa namun lama-kelamaan kita akan terbiasa dengan memakan sayuran setiap hari.
2.      Berusaha menjalankan lima sila, lima sila yaitu:        
a.       Berusaha menghindari pembunuhan
b.      Berusaha menghindari kata-kata yang tidak benar  seperti berdusta, dsb.
c.       Berusaha menghindari pencurian
d.      Berusaha menghindari perbuatan asusila
e.       Berusaha menghindari mengkomsumsi makan dan minuman yang melemahkan kesadaran.
3.      Sebaiknya hanya meditasi setengah jam saja setiap hari sesuai intruksi guru, karena meditasi cahaya ini hanya meditasi kemudahan saja. Jika siswa ingin bermeditasi berjam-jam dan serius berlatih rohani maka guru akan mengajarkan metode yang lebih tinggi, yaitu metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara seperti yang tercantum dalam Surangama Sutra.
4.      Sebaiknya jangan menceritakan pengalaman batin kepada orang lain atau sesama murid karena bisa menimbullkan banyak rintangan batin seperti kesombongan, irihati, dsb. Pengalaman hanya boleh diceritakan kepada Guru.
5.      Selalu intropeksi diri, menjaga pikiran, ucapan dan perbuatan sehingga latihan rohani bisa berhasil. Berlatih rohani jangan selalu melihat kebaikkan dan keburukkan orang lain tapi melihat kekeliruan pikiran  sendiri  seperti kata Guru Huineng (Guru Zen) kepada muridnya .

MEDITASI SUARA BATIN

Bodhisattva Avalokitesvara
 Sebelum kita membahas Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara sebaiknya kita mengenal lebih dahulu siapakah Bodhisattva Avalokitesvara ini. Nama Avalokitesvara berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata”Avalokita” dan “Isvara”. Avalokita berarti tertampak dan Isvara berarti Tuhan. Jadi Avalokitesvara berarti
Tuhan yang Tertampak. Sedangkan dalam bahasa Mandarin dikenal dengan istilah “Kwan Im Pho Sat”. Kwan berarti mendengar/memandangi, Sie berarti Dunia/ Alam, Im berarti Suara, sedangkan Pho Sat berarti Bodhisattva. Sehingga dapat diartikan Bodhisattva yang melihat dan mendengar suara dunia. Diindia Bodhisattva Avalokitesvara dipuja dalam aspek seorang pria sedangkan di Negara China dipuja dalam bentuk seorang wanita. Hampir diseluruh Asia Timur banyak orang menyembah Bodhisattva Avalokitesvara. Dalam Saddharma Pundarika Sutra di jelaskan terperinci bahwa Bodhisattva Avalokitesvara mampu mewujudkan diri dalam berbagai bentuk untuk menolong mahluk menderita yang percaya kepadaNya. Sehingga Beliau dianggap sebagai Bodhisattva Welas Asih yang sangat diharapkan pertolongannya didunia samsara ini. Ia memiliki Cinta Kasih yang besar kepada mahluk-mahluk yang menderita didunia dan memiliki kebijksanaan yang besar. Dalam sejumlah kitab Budhisme Tiongkok klasik, disebutkan ada 33 (tiga puluh tiga) rupa perwujudan Kwan Im Pho Sat, antara lain : 1. Kwan Im Berdiri Menyeberangi Samudera; 2. Kwan Im Menyebrangi Samudera sambil Berdiri di atas Naga; 3. Kwan Im Duduk Bersila Bertangan Seribu; 4. Kwan Im Berbaju dan Berjubah Putih Bersih sambil Berdiri; 5. Kwan Im Berdiri Membawa Anak; 6. Kwan Im Berdiri di atas Batu Karang/Gelombang Samudera; 7. Kwan Im Duduk Bersila Membawa Botol Suci & Dahan Yang Liu; 8. Kwan Im Duduk Bersila dengan Seekor Burung Kakak Tua. Selain perwujudan Kwan Im yang beraneka bentuk dan posisi, nama atau julukan Kwan Im ( Avalokitesvara ) juga bermacam-macam, ada Sahasrabhuja Avalokitesvara ( Bodhisattva Tangan Seribu ), dan lain-lain. Walaupun memiliki berbagai macam rupa, pada umumnya Kwan Im ditampilkan sebagai sosok seorang wanita cantik yang keibuan, dengan wajah penuh keanggunan. Kebijaksanaanya dapat dilihat dalam Sutra Hati, dimana Beliau telah menembus Kebenaran Tertinggi. Menurut Kitab Dharani Sutra, Bodhisattva Avalokitesvara sebenarnya telah mencapai tingkat Kebuddhaan pada zaman lampau dalam banyak Kalpa. Ia dikenal dengan julukan” Hyang Tathagatha Yang Dari BadanNya Keluar Cahaya Yang Terang Benderang Dan Yang Telah Memegang Teguh Dharma yang Benar”. Karena welas asihNya kepada mahluk menderita Beliau menjelmakan diriNya sebagai Bodhisattva untuk membantu tugas Hyang Buddha Amitabha di Sukhawati untuk membantu menyeberangkan mahluk-mahluk menderita memasuki Tanah Suci Buddha Amitabha. 

 Kekuatan Gaib Bodhisattva Avalokitesvara 
Kekuatan Gaib Bodhisattva Avalokitesvara sangat istimewa dibandingkan dengan Bodhisattva lainnya. Buddha Sakyamuni menjelaskan kekuatan Gaib dari Bodhisattva Avalokitesvara dalam Saddharma Pundarika Sutra di Bab Avalokitesvara Bodhisattva Samantamukha Varga. Isi dari Bab Avalokitesvara Bodhisattva Samantamukha Varga adalah sebagai berikut: Ketika itu Bodhisattva Akshayamati bangkit dari tempat duduknya, dengan jubah sebelah bahu kanannya terbuka serta merangkapkan kedua tangannya ke arah Sang Buddha sambil berkata, "Oh, Lokanatha! Yang Maha Mulia! apakah gerangan sebabnya Bodhisattva Avalokitesvara dinamakan Avalokitesvara?" Sang Buddha menjawab pertanyaan Bodhisattva Akshayamati,"wahai putra berbudi! jika terdapat ratusan ribu koti makhluk yang menderita berbagai kegelisahan, apabila mereka mendengar tentang Bodhisattva Avalokitesvara, dengan sepenuh hati memuji namaNya, Bodhisattva Avalokitesvara akan segera memperhatikan suara mereka, lalu membebaskan segala penderitaan yang mereka derita! Jika terdapat orang yang memuliakan nama Bodhisattva Avalokitesvara, sekalipun ia terjatuh ke dalam api dahsyat berkobar, api itu tidak akan membakarnya, karena pancaran mukjizat dari kebaikan Bodhisattva-Mahasattva itu. Jika terdapat orang yang hanyut terbawa air bah atau banjir dan menyebut nama Bodhisattva Avalokitesvara, maka ia akan selamat mencapai tempat yang dangkal. Jika terdapat ratusan ribu koti mahluk yang bertolak menyeberangi samudra untuk mencari emas, perak, lazuli, musaragarbha, akik, coral, mutiara dan harta karun lainnya. Seandainya perahu mereka dilanda badai ganas sehingga terdampar di tempat raksasa, jika ada seorang saja di antara mereka memohon kepada Bodhisattva Avalokitesvara, maka semua mahluk itu akan diselamatkan dan bebas dari aniaya raksasa itu. Inilah sebabnya maka Bodhisattva Avalokitesvara dinamakan Avalokitesvara!" "Selanjutnya, seandainya ada orang akan dibunuh oleh para penjahat, ketika ia terus menyebut nama Bodhisattva Avalokitesvara, maka pedang dari penyerang itu akan patah berkeping-keping dan ia pun akan selamat. Lebih dari itu, apabila para Yaksha, para raksasa, dan sebagainya muncul di dalam tiga ribu alam besar atau berjuta-juta dunia dengan maksud menggoda umat manusia, ketika mereka mendengar nama Sang Avalokitesvara yang disebut oleh manusia, maka para iblis itu hendak memandang dengan mata kejam pun tak berani, apalagi menggoda. Lebih-lebih lagi, jika terdapat seorang dibelenggu dengan borgol, rantai, atau alat pengikat lainnya, baik ia bersalah ataupun tidak, maka akan terbebas dari belenggu tersebut setelah ia menyebut nama Sang Bodhisattva Avalokitesvara dengan sepenuh hati! Seandainya lagi, jika di dalam 3000 alam besar atau berjuta-juta dunia muncul penuh dengan bandit, penyamun-penyamun yang bersenjata, kebetulan saat itu ada serombongan pedagang dipimpin seorang kepala saudagar membawa banyak permata yang berharga, melanjutkan perjalanannya di jalan yang berbahaya itu, maka gelisahlah mereka semua karena mereka akan mengalami nasib yang begitu malang. Kemudian seorang diantara mereka berkata, "Para pengikut yang baik, kamu tak usah takut, sebutkanlah nama Sang Avalokitesvara! pasti akan dilindungi dan dikaruniai daya Abhayanda yaitu daya Tanpa Ketakutan oleh Beliau, dan kalian akan selamat dari bandit dan penyamun-penyamun yang bersenjata itu!" ketika mendengar hal itu seluruh rombongan dengan suara selaras memohon kepada Sang Avalokitesvara, "Namo Avalokitesvara Bodhisattva Mahasattva!" lalu semata-mata dengan mengucapkan nama tersebut, rombongan pedagang itu terbebas dari semua bahaya! Wahai, Akshayamati, demikianlah Vikurvana-bala yakni daya gaib yang Maha Agung yang dipancarkan oleh Bodhisattva-Mahasattva Avalokitesvara!" "Kemudian, putra berbudi, jika para umat diliputi dorongan nafsu birahi, bila mereka tekun merenung serta selalu memuliakan nama Sang Bodhisattva Avalokitesvara, mereka akan bebas dari nafsu birahinya. Jika didorong oleh kebencian, dan mereka tekun merenung serta selalu memuliakan nama Bodhisattva Avalokitesvara, mereka akan bebas dari kebencian. Jika didorong oleh kebodohan bathin, dan mereka tekun merenung serta selalu memuliakan nama Bodhisattva Avalokitesvara, mereka akan bebas dari kebodohan bathin. Wahai Akshayamati! betapa bermanfaatnya Vikurvana-bala yaitu daya gaib Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara! Oleh karenanya hendaklah para umat selalu merenung kepadaNya!" "Kemudian, putra berbudi, apabila seorang wanita menginginkan keturunan putra, dan ia selalu memuja Bodhisattva Avalokitesvara, maka ia akan memperoleh seorang putra yang memiliki kebajikan dan kebijakan, jika ia menginginkan keturunan putri, maka ia akan melahirkan seorang putri yang berwatak baik dan akar-akar kebajikannya telah bertunas pada masa yang lampau, yang selalu dicintai dan disenangi oleh orang banyak. Demikianlah Akshayamati, kekuasaan Bodhisattva Avalokitesvara. Apabila para umat tekun memuja dengan ikhlas dan jujur kepada Bodhisattva Avalokitesvara, maka hasil dari kebaktian mereka tidak akan sia-sia! Oleh karena itu, para umat harus menghayati dan memuliakan nama Sang Bodhisattva Avalokitesvara!" "Wahai Akshayamati! Bayangkanlah seandainya ada seorang yang memuja nama Bodhisattva yang banyaknya bagaikan butiran-butiran pasir dari 62 koti sungai gangga, yang sepanjang hidupnya menyerahkan makanan, minuman, jubah, perabot-perabot, tempat tidur, dan obat-obatan, betapa besar dalam pikiranmu timbunan amal jasa yang dihasilkan oleh putra maupun putri yang baik tersebut?" Bodhisattva Akshayamati menjawab,"Sangat banyak, Oh Lokanatha Yang Maha Mulia!" Sang Buddha melanjutkan lagi,"Tetapi, jika ada seorang selalu memuja nama Bodhisattva Avalokitesvara, meskipun hanya sekejap, maka timbunan amal jasa yang dihasilkan oleh kedua orang itu adalah sebanding! Dan besar amal jasa keduanya tidak mudah habis sekalipun dalam ratusan ribu koti kalpa. Wahai Akshayamati! Demikianlah tingkat karunia yang tak terhingga dan tak terbatas itu, yang akan didapatkan oleh umat yang senantiasa memuliakan nama Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara!" Tatkala itu Bodhisattva Akshayamati bertanya pula pada Sang Buddha,"Oh, : Lokanatha Yang Maha Mulia! Bagaimanakah Bodhisattva Avalokitesvara berkelana di dalam alam Saha ini? dan apakah tingkat kecakapan yang dimilikiNya?" Sang Buddha menjawab pertanyaan Bodhisattva Akshayamati,"Putra berbudi! jika para umat suci yang berada di sesuatu alam dan ia harus diselamatkan dengan tubuh seorang Buddha, maka Bodhisattva Avalokitesvara akan muncul ke alam itu mengkhotbahkan Dharma kepada para umat suci itu dengan wujud seorang Buddha. Bila kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Pratyeka-Buddha, maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wuhud seorang Pratyeka-Buddha. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Sravaka, maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Sravaka. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Brahma, maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Brahma. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Sakra, maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Sakra. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Isvara, maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Isvara. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Mahesvara, maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Mahesvara. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Jendral Besar Dewata, maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Jendral Besar Dewata. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Vaisravana, maka Beliau mengajarkan Dharma dengan wujud seorang Vaisravana. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Raja Kecil, maka Beliau mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang Raja Kecil. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Grhapati, maka Beliau mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang Grhapati. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Kulapati, maka Beliau mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang Kulapati. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Menteri Negara, maka Beliau mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang Menteri Negara. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Brahmana, maka Beliau mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang Brahmana. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang Bhiksu, Bhiksuni, Upasaja, dan Upasika, maka Beliau mengkhotbahkan Dharma padanya dengan wujud seorang Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, dan Upasika. Kepada mereka yang harus diselamatkan dengan tubuh seorang istri dari seorang Grhapati, Kulapati, seorang istri dari Menteri Negara ataupun seorang Brahmana, maka Beliau muncul sebagai seorang wanita mengkhotbahkan Dharma kepada mereka. Kepada mereka yang harus diselamatkan dalam bentuk seorang Jejaka ataupun seorang Perawan, maka Beliau muncul sebagai seorang Jejaka ataupun seorang Perawan mengkhotbahkan Dharma kepada mereka. Kepada mereka yang harus diselamatkan dalam bentuk seorang Deva, Naga, Yaksha, Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahoraga, Manusia, dan makhluk bukan manusia, maka Beliau muncul dalam wujud dari setiap bentuk itu dan mengkhotbahkan Dharma kepada mereka. Kepada mereka yang harus diselamatkan dalam bentuk seorang Vajrapani, maka Beliau muncul dalam wujud seorang Vajrapani dan mengkhotbahkan Dharma kepada mereka." "Wahai Akshayamati! Demikian megah dan agungnya kepahalaan yang dihasilkan oleh Sang Bodhisattva Avalokitesvara! dan demi para umat yang menderita, Beliau tak segan-segan dalam berbagai bentuk muncul di alam semesta menyelamatkan mereka! Oleh karena itu, muliakanlah Bodhisattva-Mahasattva Avalokitesvara ini dengan sepenuh hatimu! Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara ini mampu membuat para umat yang berada di dalam kecemasan dan ketakutan menjadi berani, maka dengan alasan ini, dalam dunia Saha ini para mahkluk menamakannya Abhayanda yakni Penganugerah Keberanian!" Pada saat itu Bodhisattva Akshayamati berkata kepada Sang Buddha,"Oh, Lokanatha Yang Maha Mulia! Baiklah sekarang aku membuat persembahan kepada Sang Bodhisattva Avalokitesvara." Kemudian Ia menanggalkan sebuah kalung mutiara yang bernilai ratusan ribu tail emas dari lehernya dan mempersembahkan seraya berkata,"Paduka yang berbudi! Terimalah persembahan Dana Suci dari kalung mutiara ini!" Tetapi Bodhisattva Avalokitesvara tidak menerimannya. maka Bodhisattva Akshayamati berkata lagi kepada Bodhisattva Avalokitesvara,"kasihanilah kami, oh paduka yang berbudi! Terimalah kalung mutiara ini!" Pada waktu ini, Sang Buddha bersabda kepada Bodhisattva Avalokitesvara, "dengan mengasihani Bodhisattva Akshayamati dan keempat kelompok ini, serta para Deva, Naga, Yaksha, Gandharva, Asura, Garuda, Kinnara, Mahoraga, Manusia, makhluk bukan manusia, dan sebagainya terimalah kalung itu!" Segeralah Bodhisattva Avalokitesvara menerima persembahan itu, lalu ia membagi dua, yang pertama dipersembahkan kepada Sang Buddha Sakyamuni Yang Maha Mulia dan yang kedua kepada Stupa Permata dari Buddha Prabhuta-Ratna yang telah sempurna. "Sekianlah, wahai Akshayamati!”, Sang Buddha mengakhiri kisahNya, "Dengan Vikurvana-bala (Daya gaib) yang begini luhur maka Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara selalu mengelilingi dunia Saha ini!" Kemudian Bodhisattva Akshayamati bertanya lagi dengan syair-syair sebagai berikut : Oh Lokanatha Yang Maha Mulia, dengan tanda-tanda gaib demikian sempurna, biarlah sekarang kembali aku bertanya tentang Dia, apakah gerangan sebabnya putra Buddha ini dinamakan Avalokitesvara? Tatkala itu, Sang Buddha yang memiliki tanda-tanda gaib sempurna, menjawab Bodhisattva Akshayamati dengan syair-syairnya. Dengarkanlah kepahalaan yang dihasilkan Sang Avalokitesvara! Pelbagai alam semesta terpengaruh oleh budi kebaikan Nya. PrasetyaNya yang demikian agung bagaikan samudra, telah lewatlah berkalpa-kalpa, lamanya tak terkira, Ia pernah memuliakan ribuan koti para Buddha. dengan cita-citanya yang maha suci ia menyelamatkan umatnya. Baiklah aku mengisahkan kepadamu secara singkat dan kini anda bukan saja mendengar nama malahan sudah melihat diriNya. Bertekadlah untuk merenungkan Dia tanpa henti. Anda akan dapat melenyapkan segala dukha dari dunia Saha! Seumpama seseorang timbul pikiran yang jahat, hendak mendorongnya jatuh ke dalam lubang api yang berkobar-kobar, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, segeralah lautan api itu berubah menjadi kubangan air. Atau sewaktu berlayar di tengah samudra yang bergelora, naga, ikan buas serta setan datang membuat kesukaran, asalkan ia mengingat akan Sang Avalokitesvara dan daya kekuatanNya, ombak yang dahsyat takkan dapat menenggelamkan. Atau sewaktu berada di puncak Gunung Semeru yang tinggi dan curam, telah didorong jatuh oleh seseorang, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, seakan-akan Sang Surya di angkasa akan menahannya. Atau seandainya dikejar-kejar oleh orang yang jahat, terpelanting ke bawah dari Gunung Permata, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, seujung rambutpun takkan mengalami cidera. Atau sewaktu dikepung oleh para penyamun, masing-masing dengan pedang terhunus menyerangnya, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, akan terpengaruhlah mereka dan berbalik timbul kasih sayang. Atau bila menghadapi malapetaka hukuman dari sang Raja, hukuman mati menimpanya, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, Pedang sang algojo akan patah berkeping-keping. Atau bila ditahan dalam penjara, tangan dan kaki dibelenggu borgol atau alat-alat lainnya, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, maka ia terbebas dengan selamat. Tenungan, kutukan, maupun segala macam racun, yang bertujuan hendak mencelakakannya, asalkan ia mengingat daya kekuatan Sang Avalokitesvara, akan berbalik mengenai diri si pembuat. Atau bertemu dengan raksasa jahat pemakan manusia, naga berbisa, pelbagai setan, dan lain-lainnya, asalkan ia mengingat kekuatan sang Avalokitesvara, maka mereka takkan berani melukainya. Jikalau dikepung oleh binatang-binatang buas, dengan taring dan kukunya yang mengerikan, asalkan ia mengingat kekuatan Sang Avalokitesvara, maka larilah mereka tunggang langgang tak berbekas. Kadal, ular berbisa, ular tanah dan kalajengking berbisa, hawa bisanya laksana asap bergumpal-gumpal, sebutkanlah nama sang Avalokitesvara, mendengar suara itu mereka akan mundur seketika. Awan gelap disertai suara halilintar yang dahsyat, hujan lebat disertai gumpalan es batu mengalir deras, sebutkanlah nama sang Avalokitesvara, maka akan redalah bencana tersebut. Para mahluk dirudung sengsara, derita tiada tara menekan dirinya, tetapi dengan kebijaksanaan sempurna Sang Avalokitesvara, dapatlah menolong segala penderitaan dari alam semesta. Sungguh, Ia telah sempurna dengan Vikurvana-balaNya, yang memiliki kebijaksanaan luhur yang tak terhingga, disepuluh penjuru dari tanah kehidupan, tiada satu tempat pun ia tidak menampakkan diriNya. Adanya beberapa jenis alam rendah, termasuk alam iblis, alam binatang dan alam neraka, kemudian dukkha akan kelahiran, usia tua, penyakit-penyakit dan kematian berangsur-angsur dapat diakhiri olehNya. Ia memiliki pandangan benar, pandangan suci nan sempurna, demikian pula KebijaksanaanNya tak terhingga, ia penuh cinta kasih tanpa pamrih serta Maha Welas Asih, sepatutnyalah menyembah kepadaNya dengan jujur dan ikhlas. Ia memiliki sinar hidup tanpa noda, bagaikan matahari dapat melenyapkan segala gelap gulita, dapat memusnahkan bencana api atau badai ganas. SinarNya senantiasa memancar ke seluruh dunia. Perasaan Welas Asih dapat mencegah guntur menggelegar, kasih sayang dapat menjernihkan awan gelap, hujan Dhama dicurahkan bagaikan siraman embun, agar dapat memadamkan nyalanya api penderitaan. Di dalam perdebatan di muka pengadilan, atau ketakutan didalam pertempuran, asalkan ia mengingat kekuatan Sang Avalokitesvara, musuh-musuhnya dapat diatasi semuanya. Oh, betapa indah suara Sang Avalokitesvara! Suara Brahma, suara deburan pasang dari samudra! Melampaui segala suara dari alam semesta, itulah sebabnya, ingatlah dengan sepenuh hati untuk selama-lamanya! Janganlah ada keraguan di dalam hati, Sang Avalokitesvara Maha Suci dan Sempurna! Terhadap penderitaan, kebingungan, kematian dan kesusahan lain, dapatlah Beliau dijadikan sandaran. Demikianlah kepahalaan yang sempurna yang dihasilkan sang Avalokitesvara! dengan mata penuh kasih sayang Ia selalu mengamati para umat yang akan diselamatkannya. Wahai Akshayamati! Betapa besar timbunan amal jasaNya tidaklah berbeda dengan samudra! Oleh karena itu, maka muliakanlah dengan sepenuh hati! Setelah itu Sang Bodhisattva Dharanidhara bangkit dari tempat duduknya pergi menghadap Sang Buddha sambil berkata,"Oh Lokanatha Yang Maha Mulia! Tidaklah kecil akar kebaikan yang dimiliki seseorang, bila ia dapat mendengar Varga tentang hasil kerja sedemikian sempurna dan mengerti kekuatan mujikzat Penjelmaan dari Bodhisattva Mahasattva Avalokitesvara itu!" Pada saat uraian Samanta-Mukha Varga atau Bab dari Yang Maha Sempurna ini dibabarkan oleh sang Buddha Sakyamuni, 84000 mahkluk dari pesamuan itu merasakan dorongan tekad mencapai Anuttara Samyak Sambodhi yakni Penerangan Agung yang sempurna, dengan itu tiada suatu pun lagi yang mampu menandinginya. Inilah kekuatan Gaib Bodhisattva Avalokitesvara yang dapat menjelmakan dirinya dalam berbagai wujud untuk menolong mahluk yang membutuhkan pertolongan yang percaya kepadaNya. Bodhisattva Avalokitesvara memiliki jelmaan yang tanpa batas karena dapat hadir disemua alam yang berada disepuluh penjuru alam semesta. Bahkan menyebut namaNya waktu mengalami kesusahan dengan keyakinan maka orang itu pun akan mendapat pertolongan dari Kekuatan Gaib Bodhisattva Avalokitesvara. Kita patut memuji welas asih Bodhisattva Avalokitesvara yang begitu sempurna. Bodhisattva Avalokitesvara sendiri telah berhasil mencapai kesempurnaan dengan memperaktekkan Meditasi Suara Batin. Timbul pertanyaan didalam benak kita, Apakah seseorang yang berhasil memperaktekkan Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara mampu memiliki paling tidak sedikit dari kekuatan gaib yang sama dengan Bodhisattva Avalokitesvara? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab jika kita telah memperaktekkan Metode Suara Batin dengan berhasil. Dan pertanyaan ini juga bisa dijawab oleh siswa-siswa dari seorang Guru Transmisi Suara Batin. Banyak pengalaman rohani yang telah dialami mereka menjadi siswa seorang Guru Transmisi Suara Batin. Mungkin kita bisa bertanya kepada siswa-siswaNya. Apakah Gurumu bisa menjelmakan diri untuk menjaga siswa-siswanya didalam meditasi? Apakah dengan menyebut nama Gurumu bisa mengalami keselamatan dari ancaman bahaya? Apakah metode yang diajarkannya sama seperti Bodhisattva Avalokitesvara? Kita bisa bertanya kepada beberapa murid yang telah lama mengikuti Guru Transmisi Suara Batin. Tentu saja jika kita benar-benar ingin membuktikannya sendiri berapa besar Kekuatan Guru Transmisi Suara Batin maka kita harus datang, melihat dan membuktikan kebenaran itu sendiri ( Ehipassiko ). Para Bodhisattva bisa saja datang kedunia tanpa kita ketahui karena kadang-kadang fisik mereka yang menipu mata manusia. Kekuatan para Guru tercerahkan ini tidak dipertontonkan kepada umum. Seyogianya kita sebagai manusia yang memiliki kesadaran untuk mulai membina diri dengan menjalankan sila dan meditasi dan berdoa kepada para Buddha Bodhisattva yang Maha Welas Asih agar menunjukkan seorang Guru yang membawanya mencapai pencerahan.

 Meditasi Yang Dipuji Semua Buddha 
 Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara hanya dibahas dalam Suranggama Sutra. Suranggama Sutra merupakan raja dari semua Sutra. Didalam Sutra ini dibahas kembali ajaran-ajaran Buddha dan semua metode meditasi dan pengalaman para Arahat dan Bodhisattva sewaktu mencapai penerangan. Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara dipuji oleh semua Buddha di tiga zaman, baik masa lalu, sekarang dan akan datang. Yang lebih istimewa dikatakan dalam Suranggama Sutra bahwa semua Buddha yang banyaknya bagaikan sungai gangga mencapai Kebuddhaan melalui Metode Meditasi Pendengaran Avalokitesvara. Hal ini tentu membuat pertanyaan besar bagi kita dan membuat kita penasaran untuk memperaktekan metode ini. Semua metode meditasi memiliki kelemahan dan kelebihan. Semua kelemahan dan kelebihan dibahas didalam Sutra ini. Ajaran Buddha tidak terlepas dari meditasi, karena meditasi merupakan salah satu pokok ajaran Buddha terpenting. Sutra Suranggama, Bab IV, Meditasi yang Dipujikan Para Buddha Pada saat itu, Sang Buddha berkata kepada para Bodhisattva Agung dan Arahat Utama didalam suatu persamuan: “Sekarang Aku ingin bertanya kepada kalian, para Bodhisattva dan Arahat yang terlahir dari Dharma-Ku dan telah mencapai tahap diluar belajar. Sewaktu kalian mengembangkan pikiran untuk mencapai pencerahan terhadap kedelapanbelas unsur sensasi (dhatu), cara yang manakah menurut kalian merupakan yang terbaik untuk mencapai kesempurnaan dan dengan cara apakah kalian dapat memasuki samadhi?” A. Meditasi Pada Ke-Enam Unsur Sensasi 1. Meditasi Pada Suara (Ucapan) Kaundinya satu dari Lima Bhikshu Pertama bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Sewaktu berada di Taman Rusa dan Kebun Merak, kami bertemu Sang Tathagatha segera sesudah pencapaian Pencerahan SempurnaNya. Sesudah mendengar suara (ucapan) Sang Buddha, aku mengerti ajaranNya dan menyadari ke-empat Kesunyataan Mulia. Kemudian sewaktu kami para bhikshu ditanyai oleh Sang Buddha, akulah yang pertama mengartikannya dengan benar dan Beliau menyatakan pencapaianku pada tingkat Arahat dengan memberiku nama Ajnata (Pengetahuan Menyeluruh). Disebabkan suaraNya yang luar biasa bagus, misterius, dan mencakup segala-galanya, aku menjadi seorang Arahat. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, suara (ucapan) adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku.” 2. Meditasi Pada Bentuk Upanisad kemudian bangkit dari tempat duduk dan bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku juga bertemu dengan Sang Buddha segera sesudah Pencerahan SempurnaNya. Aku belajar merenungkan (bermeditasi) pada hakekat ketidaksucian jasmani, sampai aku menjadi jijik dan menyadari bahwa sifat hakiki dari semua wujud adalah tidak bersih. Bahkan tulang belulang juga akan hancur menjadi debu halus dan akhirnya semua kembali kepada kekosongan. Demikianlah setelah baik wujud maupun kekosongan tercerap sebagai suatu hal yang tidak nyata, aku mencapai keadaan di luar belajar. Sang Tathagatha mengesahkan pengetahuanku dan memberi aku nama Upanisad. Sesudah menghilangkan wujud relatif, wujud hakiki yang indah termanifestasikan dalam segala sesuatu secara misterius. Demikianlah aku mencapai tingkat Arahat dengan bermeditasi pada wujud. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, wujud adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku.” 3. Meditasi Pada Bau Seorang pemuda (kumara) bernama ‘Diliputi Wewangian’ kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Sesudah Sang Tathagatha mengajariku untuk menyelidiki semua fenomena duniawi, aku meninggalkan tempatNya dan mencari tempat yang sunyi untuk memusatkan pikiranku. Sewaktu merenungkan aturan kehidupan suci, aku melihat para bhikshu membakar dupa wangi. Didalam keheningan itu, bau wanginya memasuki lubang hidungku. Aku menyelidiki bau ini yang bukan berasal dari kayu wangi maupun udara, dan bukan berasal dari asap maupun api. Tidak ada tempat darimana ia berasal maupun tempat di mana ia menuju; dari merenungkan itu pikiran pembedaku (mana) berhenti bekerja dan menghilang seketika, aku mencapai keadaan di luar arus tumimbal lahir. Sang Tathagatha menyatakan pencerahanku di tingkat Arahat dan memberi aku nama ‘Diliputi Wewangian’. Sesudah menghilangkan bau (relatif, yang tidak murni/nyata) secara mendadak, bau hakiki menjadi termanifestasikan dalam segala-galanya secara gaib. Demikianlah aku mencapai tingkat Arahat melalui bau. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, bau adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku.” 4. Meditasi Pada Rasa Kedua Pangeran Dharma Bhaisajya-raja dan Bhaisajya-samudgata yang hadir dalam persamuan bersama 500 dewa Brahma bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Semenjak kalpa yang tak terhitung di masa lampau sampai sekarang, kami telah menjadi ahli pengobatan yang baik dan trampil di dunia ini. Kami telah mencicipi melalui mulut kami berbagai akar obat, tanaman serta berbagai jenis mineral dan batu-batuan yang diketemukan didalam dunia ini, yang kesemuanya berjumlah 108.000; dari itu kami tahu dengan baik rasanya, apakah pahit, asam, asin, hambar, manis, atau pedas dan sebagainya, unsur asli maupun senyawanya apakah mendinginkan, memanaskan, beracun atau bermanfaat. Sewaktu melayani Sang Tathagatha, kami menerima petunjuk dan mengetahui dengan jelas bahwa rasa itu tidaklah nyata maupun tak-nyata, tidak pada tubuh maupun pikiran, dan tidak berada terpisah daripada itu. Karena dapat membedakan penyebab rasa, kami mencapai penerangan dan hal ini dinyatakan oleh Sang Buddha yang kemudian memberi kami nama Bhaisajya-raja dan Bhaisajya-samudgata. Kami sekarang menempati posisi Pangeran Dharma didalam persamuan ini dan karena pencapaian pencerahan kami melalui rasa, kami telah mencapai tahapan Bodhisattva. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, rasa adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadi kami.” 5. Meditasi Pada Sentuhan ‘Bhadrapala’ bersama ke-16 orang pengikutnya yang semuanya adalah Bodhisattva Agung bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Sewaktu Buddha ‘Dengan Suara Menakjubkan’ (Bhisma-garjita-ghosa-svara-raja) muncul di dunia, aku mendengar tentang Dharma dan meninggalkan kehidupan rumah tangga. Pada suatu hari, di kala tiba saatnya bagi anggota Sangha untuk membersihkan badan, aku mengikuti kebiasaan dan memasuki kamar mandi. Sekonyong-konyong aku menyadari bahwa air itu tidaklah membersihkan kotoran maupun tubuh. Dari itu aku merasa ketenangan yang luar biasa dan mencapai keadaan kekosongan/sunya. Sampai sekarang aku belum melupakan pengalamanku dimana aku meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk belajar pada Buddha dan mencapai tingkat Arahat. Buddha itu memberi aku nama Bhadrapala karena pencerahanku terhadap sentuhan hakiki dan pencapaian posisi sebagai Putra Buddha (sebutan lain bagi Bodhisattva Mahasattva). Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, sentuhan adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku.” 6. Meditasi Pada Hal/Benda (Dharma) ‘Mahakasyapa’ yang hadir bersama bhiksuni ‘Cahaya Keemasan’ dan kelompoknya yang lain bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Pada suatu kalpa yang lalu, sewaktu Buddha ‘Candra-Surya-Pradipa’ muncul di dunia ini, aku mendapat kesempatan kemudian kupraktekkan. Sesudah Beliau Parinirvana, aku memuja sharira-Nya (relik, sisa tulang/abu peninggalan orang suci), menyalakan pelita untuk mengabadikan Cahaya-Nya dan bhiksuni ‘Cahaya Keemasan’ menaburkan bubuk emas murni pada rupangNya. Semenjak itu, didalam setiap tumimbal-lahir berikutnya aku selalu terlahir dengan tubuh yang sempurna dan memancarkan cahaya keemasan yang indah. Bhiksuni ‘Cahaya Keemasan’ ini dan mereka yang berada bersamanya, selalu menjadi pengikutku karena kami mengembangkan pikiran yang sama pada waktu itu. Aku merenungkan ke-6 obyek sensasi/indra yang selalu berubah dan musnah, yang hanya bisa dihilangkan kedalam pemadaman sempurna melalui keadaan Nirvana. Demikianlah dari itu, tubuh dan pikiranku bisa melewati ratusan dan ribuan kalpa didalam sekejap mata. Dengan menghilangkan semua hal/benda duniawi (dharma), aku mencapai tingkat Arahat dan Yang Dijunjungi mengumumkan bahwa aku adalah pemegang disiplin yang terutama (dhuta). Aku mencapai pencerahan melalui dharma hakiki dan dengan demikian mengakhiri arus tumimbal-alhir. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaa, hal/benda duniawi (dharma) adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku.” B. Meditasi pada Ke-5 Organ Indera 7. Meditasi Pada Organ Penglihatan ‘Anuruddha’ bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Sewaktu baru meninggalkan kehidupan rumah tangga, aku sangat suka tidur setiap waktu dan Sang Tathagatha menegur aku dengan mengatakan aku bagaikan seekor binatang. Sesudah mendapat teguran yang keras ini, aku menangis sedih dan menyalahkan diriku sendiri. Disebabkan oleh kesedihanku, aku tidak tidur selama tujuh malam berturut-turut dan menjadi buta. Kemudian Yang Dijunjungi mengajari aku untuk menikmati Samadhi Penerangan Vajra yang memungkinkan aku mencerap, tidak melalui mata (tetapi melalui pikiran/pencerapan rasa/Samja), sehingga kebenaran murni yang mencakup sepuluh penjuru terlihat dengan jelas, semudah melihat buah mangga yang digenggam dalam tanganku sendiri. Sang Tathagatha menyatakan pencapaian tingkat Arahatku. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai Pencerahan Sempurna, menurut pengalaman pribadiku, penglihatan adalah yang terbaik karena organ penglihatan dapat dibalikkan kembali ke sumbernya.” 8. Meditasi Pada Organ Penciuman Ksudrapanthaka bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Pengetahuanku tentang Dharma tidaklah banyak, karena kurang membaca dan menghafalkan (Sutra). Sewaktu aku pertama kali berjumpa dengan Sang Buddha, aku mendengar tentang Dharma dan meninggalkan kehidupan rumah tangga. Aku mencoba menghafalkan satu baris gatha tetapi sesudah mencobanya selama 100 hari masih tidak dapat berhasil, karena begitu aku dapat mengingat kata yang pertama lalu aku melupakan kata yang terakhir, begitu aku dapat mengingat kata yang terakhir lalu aku melupakan kata yang pertama. Sang Buddha mengasihani kebodohanku dan mengajariku untuk mencari tempat menyepi guna mengatur pernafasanku. Pada saat itu, aku memperhatikan dengan seksama setiap tarikan dan hembusan nafas, dan menyadari bahwa timbul, menetap, berubah, dan berhentinya hanya memakan waktu sekejap (ksana: ukuran tersingkat dari waktu). Dari itu pikiranku menjadi jernih dan tak-terintangi sampai aku melampaui arus tumimbal lahir dan akhirnya mencapai ke-Arahat-an. Aku mencari Sang Buddha yang kemudian menyatakan pencapaianku atas keadaan tiada belajar. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, pernafasan adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku didalam membalikkan kembali pernafasan kedalam kondisi kekosongan.” 9. Meditasi Pada Organ Perasa Gavampati kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Karena (melakukan karma buruk) pernah bertengkar dan menghina bhikshu didalam kalpa yang lalu, dalam setiap tumimbal lahir aku dilahirkan dengan mulut mengunyah seperti sapi. Sang Tathagatha mengajari aku doktrin ‘Pikiran Tunggal’ yang murni dan bersih, yang memungkinkan aku menghilangkan konsepsi pikiran guna memasuki keadaan Samadhi. Aku merenungkan rasa, menyadari bahwa itu bukanlah suatu bahan (subyektif) maupun benda/hal (obyektif) dan melampaui arus tumimbal lahir. Dengan demikian dari dalam aku terbebas dari tubuh dan pikiran, dan diluar aku meninggalkan dunia ini, serta terbebas dari ketiga dunia kelahiran (Tri-loka). Aku bagaikan burung yang terlepas dari sangkar, dan dengan demikian terhindar dari pencemaran dan kekotoran. Dengan mata Dharma-ku yang murni dan bersih aku mencapai tingkat Arahat dan Sang Tathagatha sendiri yang menyatakan pencapaianku atas tahap tiada belajar. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, memutar-balikkan rasa kepada pencerapnya adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku.” 10. Meditasi Pada Tubuh Pilindavatsa kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Sewaktu aku pertama kali mengikuti Sang Buddha untuk memasuki kehidupan suci, aku sering mendengar Beliau mengajarkan bahwa hal-hal duniawi tidak dapat memberikan kebahagiaan. Suatu hari aku pergi ke kota untuk pindapatta makanan, dan selagi aku merenungkan ajaranNya, secara tidak sengaja aku menginjak duri beracun yang menyebabkan seluruh tubuhku menderita kesakitan. Aku memikirkan tubuhku yang mengetahui dan merasakan kesakitan ini. Sekalipun ada perasaan ini, aku menyelidiki pikiranku yang murni dan bersih di mana tidak ada rasa sakit yang dapat mempengaruhinya. Aku juga merenung, ‘Bagaimana mungkin tubuhku ini memiliki dua jenis perasaan?’ Dan sesudah merenungkan demikian untuk suatu saat, mendadak, tubuh dan pikiranku kelihatan seperti tidak nyata (tiada berada). Sesudah 21 hari semua ‘aliran kebocoran’ ku berhenti, aku melampaui arus tumimbal lahir dan dengan demikian mencapai tingkat Arahat. Sang Buddha sendiri menyatakan pencapaianku atas tahap tiada belajar. Karena sekarang Beliau menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, kesadaran murni yang menghapuskan (konsepsi atas) tubuh adalah yang terbaik menurut pengalaman pribadiku.” 11. Meditasi Pada Intelek (Mana) Subhuti kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Oleh karena pikiranku telah terbebas dari semua rintangan didalam kalpa sebelumnya, aku dapat mengingat kehidupanku sebelumnya sebanyak butir pasir di sungai Gangga. Bahkan sewaktu aku masih menjadi jabang bayi didalam kandungan ibuku, aku telah menyadari kehampaan dan keheningan yang menjangkau ke-10 penjuru dan yang memungkinkan aku mengajar mahluk hidup bagaimana menyadari sifat absolutnya (kekosongan/sunyata). Sesudah menerima pengungkapan dari Sang Tathagatha bahwa sifat pencerahan adalah kekosongan sejati, bahwa sifat dari kekosongan adalah sempurna dan terang, aku mencapai tingkat Arahat. Dari situ sekonyong-konyong aku memasuki Cahaya (kekosongan) Mulia Tathagatha yang luasnya bagaikan lautan dan jagat raya, di mana aku mencapai (sebagian) pengetahuan dan pandangan (yang sama dengan) Buddha. Sang Buddha mengesahkan pencerahanku atas tahap di luar belajar. Oleh sebab itu aku dianggap sebagai murid yang utama karena pengertianku atas sifat hakiki yang tidak mengandung material (kekosongan). Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pengalamanku, yang terbaik adalah didalam mencerap ketidaknyataan semua fenomena, dan bahkan akhirnya menghilangkan/tidak terikat pada (konsep) ketidaknyataan ini, untuk mengembalikan semua benda/hal kedalam kekosongan.” C. Meditasi pada Ke-6 Kesadaran 12. Meditasi Pada Organ Penglihatan Sariputra kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Semenjak berkalpa-kalpa yang lalu, persepsi penglihatan dari pikiranku sudah murni dan bersih, dengan demikian didalam setiap tumimbal lahir yang banyaknya tak terhitung bagaikan butir pasir Gangga, aku dapat melihat segala hal/benda tanpa rintangan baik di tingkat duniawi maupun di luar duniawi (transendental). Suatu hari, aku bertemu di jalan dengan kedua Kasyapa bersaudara yang sedang membabarkan doktrin Hukum Karma. Sesudah mendengarkan ajaran mereka, pikiranku menyadari kebenaran dan dengan demikian menjadi sangat luar dan tiada terbatas. Kemudian aku meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk mengikuti Sang Buddha, mencapai persepsi penglihatan yang terang dan sempurna, dari itu memperoleh ketidak-gentaran (abhaya) dan mencapai tingkat Arahat. Sebagai seorang siswa utama Sang Buddha aku dapat dikatakan sebagai terlahir di mulut Buddha dan melalui transformasi Dharma. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pengalaman pribadiku yang terbaik adalah merealisasikan pengetahuan yang paling terang melalui persepsi penglihatan yang cerah dari pikiranku.” 13. Meditasi Pada Persepsi Pendengaran ‘Bodhisattva Samantabhadra’ dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku telah menjadi Pangeran Dharma di masa sebelumnya sewaktu bersama para Tathagata yang banyaknya bagaikan butir pasir di sungai Gangga. Semua Buddha dari 10 penjuru yang mengajar muridnya untuk menanam akar Bodhisattva selalu mendorong mereka mempraktekkan perbuatan Samantabhadra - yang dinamakan menurut namaku. Yang Dijunjungi, aku selalu menggunakan pikiranku untuk mendengar dan membedakan berbagai pandangan dan pengetahuan yang dimiliki mahluk hidup. Jika di suatu tempat, yang terpisah dari sini oleh dunia tak terhitung yang banyaknya bagaikan butir pasir di sungai Gangga, satu mahluk hidup mengetahui dan mempraktekkan perbuatan Samantabhadra, aku segera menaiki gajah bertaring enam dan memperbanyak diriku dalam ratusan dan ribuan tubuh jelmaan untuk membantunya. Bahkan, sekalipun disebabkan rintangan karmanya yang berat ia tidak mampu melihatku, secara diam-diam aku meletakkan tanganku di kepalanya untuk melindungi, membantu, dan menghiburnya sehingga dia bisa berhasil. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pengalaman pribadiku, yang terbaik adalah mendengar dengan pikiran, yang membimbing ke arah pengetahuan tiada perbedaan.” 14. Meditasi Pada Persepsi Penciuman ‘Sundarananda’ kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Sewaktu aku baru meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk mengikuti Sang Buddha, sekalipun sudah di abhiseka aku selalu gagal memasuki keadaan Samadhi karena pikiranku tidak tenang. Oleh sebab itu aku tidak berhasil melewati arus tumimbal lahir. Yang Dijunjungi kemudian mengajari aku dan Kausthila untuk menetapkan pikiran pada ujung hidung. Aku mulai menjalankan meditasi ini dengan sungguh-sungguh dan kira-kira tiga minggu kemudian, aku melihat bahwa nafas yang keluar dan masuk dari lubang hidungku kelihatan seperti asap. Dari dalam tubuh dan pikiranku menjadi terang dan aku melihat dunia luar dengan jelas sampai segalanya menjadi kekosongan murni bagaikan kristal. Asap itu menghilang perlahan-lahan dan nafasku menjadi putih. Pikiranku menjadi terbuka dan aku mencapai keadaan diluar arus tumimbal lahir. Setiap tarikan dan hembusan nafasku berubah menjadi cahaya yang menerangi sepuluh ribu penjuru alam dan aku mencapai tingkatan Arahat. Yang Dijunjungi meramalkan bahwa aku akan mencapai pencerahan (Bodhi) di kemudian hari. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, yang terbaik menghilangkan nafas sampai menjadi cahaya yang akan menghentikan arus ‘kebocoran’ dan memungkinkan pencapaian tahap kesempurnaan di luar arus tumimbal lahir.” 15. Meditasi Pada Persepsi Lidah ‘Purnamaitrayaniputra’ bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Semenjak berkalpa-kalpa yang lalu, aku telah memiliki kemampuan berbicara yang tak terintangi. Jika aku membabarkan doktrin kesengsaraan (samsara) dan kekosongan (sunyata), aku menembus kedalam realitas absolut. Di hadapan berbagai persamuan Dharma aku (juga) membabarkan pintu pencarahan Tathagatha yang tak terhitung banyaknya bagaikan butir pasir di sungai Gangga, dan dari itu memenangkan ketidak-gentaran (abhaya). Yang Dijunjungi mengetahui bahwa aku telah memperoleh kemampuan berbicara yang besar dan mengajari aku cara melakukan tugas ke-Buddha-an melalui berkhotbah. Oleh sebab itu, di hadapanNya, aku membantuNya dalam memutar roda Dharma dan karena aku dapat mengeluarkan raungan singa, aku mencapai tingkat Arahat. Beliau mengesahkan kemampuanku yang tak-terlampaui dalam membabarkan Dharma. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku, yang terbaik adalah menggunakan suara Dharma dalam menaklukkan perlawanan Mara dan menghentikan arus tumimbal lahir.” 16. Meditasi Pada Persepsi Obyek Sentuhan ‘Upali’ bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku sendiri mendampingi Sang Buddha sewaktu memanjat tembok kota untuk melarikan diri dari rumah. Dengan mataku sendiri, aku menyaksikan bagaimana Beliau mengalami penderitaan didalam mempraktekkan pengingkaran diri dengan tekun selama enam tahun, mengalahkan semua iblis (Mara), menaklukkan aliaran sesat, membebaskan diriNya dari nafsu duniawi dan semua kebocoran yang tidak murni dari pikiran. Beliau sendiri yang mengajarkan disiplin kepadaku, termasuk ke-3000 peraturan sikap tubuh utama dan 8000 aturan perilaku penunjang lainnya yang mensucikan semua karma (langsung) yang terwujud maupun yang masih berupa benih karma. Setelah tubuh dan pikiranku berada dalam keadaan ketenangan (Nirvana), aku mencapai tingkat Arahat dan Sang Tathagatha mengesahkan pikiranku disebabkan kepatuhanku didalam memegang disiplin dan mengendalikan tubuh. Aku sekarang merupakan pilar disiplin didalam persamuan ini dan dianggap sebagai siswa utama. Karena Beliau sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku, yang terbaik adalah mendisiplinkan tubuh sehingga terbebas dari segala rintangan dan mencapai ketenangan, kenyamanan kemudian mendisiplinkan pikiran sehingga memperoleh kejernihan dan ketajaman yang mencakup segala-galanya, yang akan mengakibatkan kebebasan bagi tubuh dan pikiran.” 17. Meditasi Pada Kemampuan Pikiran ‘Mahamaudgalana’ kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Suatu hari sewaktu aku sedang meminta makanan, aku bertemu dengan ketiga Kasyapa bersaudara - Uruvilva, Gaya, dan Nadi - yang sedang membabarkan hukum karma yang diajarkan Tathagatha. Sekonyong-konyong pikiranku menjadi terbuka dan menembus kemana-mana. Kemudian Sang Tathagatha memberi aku sehelai baju bhikshu (kasaya) dan sewaktu aku mengenakannya, rambut dan janggutku rontok sendiri. Aku mengembara ke-10 jurusan dan tidak menemukan rintangan apapun. Demikianlah aku memperoleh kekuatan spiritual yang tak-terlampaui dan yang menyebabkan pencapaian tingkat Arahat-ku. Tidak hanya Yang Dijunjungi, melainkan para Tathagatha dari 10 penjuru memuji kekuatan spiritualku yang sempurna, murni, berdaulat, dan tidak gentar. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku yang terbaik adalah kembali kedalam keheningan untuk memungkinkan cahaya dari pikiran muncul, seperti air keruh yang didiamkan akan menjadi murni dan bersih bagaikan Kristal.” D. Meditasi pada Ke-7 Unsur 18. Meditasi Pada Unsur Api Ucchusma kemudian maju ke depan Tathagatha, merangkapkan kedua tangannya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat pada kalpa yang lama sekali di masa lalu aku dipenuhi nafsu birahi. Pada saat itu seorang Buddha yang bernama ‘Raja Ketidak-Nyataan’ muncul di dunia ini. Menurut Beliau, mereka yang dipenuhi nafsu birahi menambah api neraka mereka sendiri. Beliau kemudian mengajari aku untuk bermeditasi pada tulang didalam tubuhku, pada ke-4 anggota tubuhku serta pada nafasku yang dingin dan panas. Lama kelamaan suatu cahaya spiritual menggumpal didalam tubuhku dan mengubah pikiran nafsuku yang berlebihan menjadi api kebijaksanaan. Sejak itu aku dipanggil ‘Kepala Api’ oleh semua Buddha. Disebabkan oleh Samadhi Cahaya-Apiku yang kuat, aku mencapai tingkat Arahat. Kemudian aku membuat ikrar besar untuk menjadi pelindung Dharma (Vira) sehingga bilamana setiap Buddha akan mencapai pencerahan, aku sendiri akan membantu mereka menaklukkan perlawanan Mara. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku yang terbaik adalah menyelidiki panas yang tidak nyata didalam tubuh dan pikiran guna menghilangkan segala rintangan dari itu, sampai arus tumimbal lahir terhentikan. Dengan demikian Cahaya Mulia akan muncul dan membimbing ke arah pencapaian Bodhi Sempurna.” 19. Meditasi Pada Unsur Tanah Bodhisattva Dharanimdhara kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat pada masa yang lalu sewaktu Buddha ‘Cahaya Universal’ muncul di dunia, aku adalah seorang bhikshu yang suka meratakan segala rintangan, membangun jembatan, membawa pasir dan tanah untuk memperbaiki jalan utama, dermaga kapal, dan jalan berbahaya yang berada dalam keadaan rusak serta tidak bisa dilewati oleh kuda atau kereta. Demikianlah aku terus bekerja keras untuk waktu yang lama dimana sejumlah Buddha yang tak-terhitung muncul di dunia ini. Jika seseorang membutuhkan kurir/portir untuk membawa barang mereka aku melakukannya tanpa meminta imbalan. Sewaktu Buddha Visvabhu muncul di dunia (saat itu), bencana kelaparan terjadi dimana-mana. Aku sering menggendong orang dengan mengenakan biaya satu kepeng tanpa melihat jauh atau dekat jaraknya. Jika ada kereta keledai terperosok kedalam lumpur, aku menggunakan kekuatan gaib-ku untuk mendorongnya agar terbebas. Suatu hari, sang raja mengundang Buddha tersebut untuk suatu perjamuan. Karena jalanannya sangat jelek, aku meratakan jalan yang akan dilalui Beliau. Tathagatha Visvabhu meletakkan tanganNya di kepalaku dan berkata: ‘Engkau harus meratakan bidang pikiranmu dulu, maka segala benda lainnya di dunia ini akan menjadi rata. Begitu mendengar itu, pikiranku menjadi terbuka dan aku melihat bahwa semua partikel tanah yang membentuk tubuhku tidak berbeda dengan partikel yang membentuk dunia ini. Sifat dari partikel itu adalah sedemikian sehingga tidak saling bergantungan satu sama lainnya dan bahkan tidak dapat dipisahkan oleh senjata tajam. Kemudian aku mengalami Anutpattika-dharma-ksanti, dan dari itu mencapai tingkat Arahat. Kemudian dengan mengembangkan pikiranku, aku memasuki tahapan Bodhisattva. Sewaktu mendengar Sang Tathagatha membabarkan pengetahuan universal Buddha didalam ‘Sutra Bunga Teratai’ yang dalam, akulah pendengar pertama yang mengerti dan dijadikan pemimpin persamuan. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku, tubuh dengan alamsemesta di mana kedua-duanya tercipta dari pencemaran atas Tathagarbha, dan bilamana pencemaran ini dihilangkan, kebijaksanaan akan menjadi sempurna dan kemudian seseorang akan mencapai Bodhi Sempurna.” 20. Meditasi Pada Unsur Air Bodhisattva Candraprabha kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat didalam kalpa yang lamanya tak terhitung bagaikan butir pasir sungai Gangga di masa lalu, ada seorang Buddha yang bernama ‘Dewa Air’ (Varuna), muncul di dunia ini dan mengajari para Bodhisattva untuk merenungkan unsur air guna memasuki keadaan samadhi. Metode ini terdiri dari melihat kedalam tubuh dimana semua unsur berair berdasarkan sifatnya, tidak bertentangan satu sama lainnya. Dengan pertama-tama menggunakan air mata dan ingus sebagai objek meditasi, kemudian air-liur, keringat, darah, air kencing, dan kotoran. Selagi cairan itu berputar didalam tubuhku, sifat dari air adalah sama. Aku melihat bahwa elemen air didalam tubuh tidak berbeda dengan air di dunia luar, bahkan terhadap air wangi di samudra yang mengelilingi Tanah Suci para Buddha. Sewaktu aku memasuki samadhi ini, aku hanya berhasil menyadari kesamaan unsur air (ada dimana-mana), tetapi belum bisa melepaskan (pandangan atas) tubuh ini. Waktu itu aku adalah seorang bhikshu yang mempraktekkan dhyana (meditasi abstrak) dan sewaktu muridku mengintip didalam kamar, dia melihat bahwa kamar itu seluruhnya dipenuhi air jenih. Karena ia masih muda dan tidak tahu apa-apa, dia memungut sebuah pecahan genteng dan melemparkannya kedalam air, menatap dengan rasa ingin tahu dan meninggalkannya. Sewaktu aku terbangun dari kesadaran dhyana, sekonyong-konyong aku merasa kesakitan di hatiku bagaikan yang dialami oleh Sariputra ketika menghadapi gangguan iblis. Aku berpikir, ‘Karena aku sudah mencapai tingkat Arahat, seharusnya aku sudah terhindar dari segala penyakit duniawi. Mengapa, tiba-tiba pada hari ini aku merasa kesakitan di hati; apakah itu merupakan tanda kemunduran (dari posisi Arahat)?’ Tak lama kemudian anak laki-laki itu kembali dan menuturkan apa yang dilihat dan dilakukannya pada waktu meditasi-ku. Aku segera berkata kepadanya: ‘Bila engkau melihat air lagi di kamarku, bukalah pintunya, masuklah kedalam air ambillah pecahan gentengnya.’ Anak itu mematuhiku, dan sewaktu aku memasuki dyhana kembali, dia melihat pecahan genteng tadi didalam air. Kemudian dia membuka pintu untuk mengeluarkan pecahan genteng tersebut. Sewaktu aku terbangun dari dhyana, sakitku telah menghilang. Sesudah itu, aku bertemu dengan Buddha yang tak terhitung banyaknya dan berlatih dengan cara ini sampai kemudian aku bertemu dengan Buddha Sargara-Varadhara-Buddhi-Vikridita-Bhijna. Dibawah bimbinganNya aku berhasil melepaskan (konsepsi atas) tubuh, dengan demikian menyadari penyatuan sempurna dari tubuh ini, dan samudera air wangi di 10 penjuru dengan kekosongan sejati, tanpa perbedaan lebih lanjut. Itulah sebabnya aku disebut Putra Buddha dan berhak menghadiri persamuan para Bodhisattva. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku, yang terbaik adalah didalam mencapai kesamaan jangkauan yang tak-terintangi dari unsur air, dari itu mengalami Anutpattika-dharma-ksanti yang menjamin Pencarahan Sempurna.” 21. Meditasi Pada Unsur Angin Bodhisattva ‘Cahaya Kristal’ kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat didalam kalpa yang tak terhitung bagikan butir pasir sungai gangga di masa lalu, ada seorang Buddha yang bernama ‘Suara Tak Terhingga’ yang muncul di dunia ini untuk mengajari para Bodhisattva bahwa kesadaran hakiki adalah indah dan terang. Beliau mengajari mereka untuk merenungkan bahwa dunia ini dan semua wujud mahluk hidup didalamnya adalah ilusi palsu yang tercipta dari penyebab berulang-ulang, yang didorong oleh kekuatan angin. Pada waktu itu, aku merenungkan pembentukan dunia ini yang bersifat ilusi, waktu perubahannya, pergerakan dan kediamannya, serta gejolak pikiran, gerakan, dan kediaman tubuhku, baik di dunia ini maupun di dunia lainnya segala jenis gerakan, yang secara hakiki tidak berbeda satu sama lainnya. Kemudian aku menyadari bahwa gerakan-gerakan ini tidak berasal dari manapun maupun pergi ke manapun dan bahwa semua mahluk hidup di sepuluh penjuru, yang banyaknya tak terhingga bagikan butir debu, juga berasal dari kepalsuan kosong yang sama. Demikian juga, semua mahluk hidup didalam setiap dunia kecil dari alam semesta adalah bagaikan nyamuk didalam kurungan dimana mereka mengiang tanpa tujuan dan menciptakan aliran udara yang kacau balau. Tak lama sesudah bertemu dengan Buddha tersebut, aku mengalami anutpattika-dharma-ksanti. Sesudah pikiranku terbuka aku dapat melihat tanah suci dari ‘Buddha Tak Tergerak’ (Aksobhya) di sebelah Timur, dimana aku diakui sebagai Pangeran Dharma, sambil mengabdi pada semua Buddha di sepuluh penjuru, tubuh dan pikiranku memancarkan cahaya yang menerangi segala dunia tanpa rintangan. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai pencerahan, menurut pendapatku yang terbaik adalah menyelidiki kekuatan unsur angin yang tidak mengandal pada apapun (yang nyata), dari itu menyadari pikiran Bodhi untuk memasuki samadhi dan kemudian menyatu dengan Pikiran Tunggal Sempurna yang dibabarkan oleh para Buddha di sepuluh penjuru.” 22. Meditasi Pada Ruang Hampa Bodhisattva Akasagarbha kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Sewaktu Sang Tathagatha dan diriku memperoleh tubuh tak terbatas kami di tempat Buddha Dipankara, aku memegang dalam tanganku empat batu permata besar yang menerangi semua tanah Buddha di sepuluh penjuru, yang tak terhingga bagaikan butir debu, dan mengubah semua tanah Buddha itu menjadi kekosongan (absolut). Kemudian pikiranku sendiri berubah bagaikan cermin yang memancarkan sepuluh macam cahaya mulia misterius yang menembus ke sepuluh penjuru, mencapai tepian jagat dan menyebabkan semua tanah suci Buddha memasuki cermin dan berbaur dengan bebas terhadap tubuhku yang bagaikan ruang hampa bebas hambatan. Kemudian tubuhku dapat memasuki dengan sempurna dunia samsara yang banyaknya bagaikan butir debu untuk menjalankan tugas penyelamatan Buddha secara luas, karena tubuh itu telah menjadi sangat mudah diatur (menurut). Aku memperoleh kekuatan transenden yang besar ini dari perenunganku yang seksama pada ke empat unsur yang tidak mengandal pada apapun dan pada pikrian khayal yang timbul tenggelam bergantian dan tidak berbeda dengan kekosongan. Aku menyadari non-dualitas daripada ruang hampa dan kesamaan tanah suci para Buddha dengan dunia samsara ini, dan dari itu mencapai anutpattika-Dharma-ksanti. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pengalaman pribadiku yang terbaik adalah perenungan yang seksama pada ruang hampa yang tak bertepian untuk memasuki samadhi dan dari itu menyempurnakan kekuatan rohani.” 23. Meditasi Pada Unsur Kesadaran Bodhisattva Maitreya kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat dalam kalpa yang tak-terhitung bagaikan butir pasir di masa lalu, ada seorang Buddha yang bernama Chandra-Surya-Pradipa muncul di dunia (untuk menolong mahluk hidup). Aku mengikutiNya dan meninggalkan kehidupan berumah tangga. Sekalipun begitu, aku masih terikat pada nama besar duniawi dan suka bergaul dengan kaum bangsawan/kalangan atas. Kemudian Sang Tathagatha mengajari aku untuk mempraktekkan meditasi mendalam pada kesadaran pikiran guna mencapai keadaan samadhi. Sejak itu sampai kalpa berikutnya aku telah menggunakan samadhi ini untuk mengabdi pada Buddha yang banyaknya bagaikan pasir di sungai Gangga, dengan demikian menghapuskan secara keseluruhan pikiranku sebelumnya yang tertuju pada nama besar duniawi. Sewaktu Buddha Dipankara muncul di dunia ini, dibawah perintahNya aku mencapai samadhi sempurna yang menakjubkan dan tak terlampaui atas kesadaran pikiran, yang memungkinkan aku melihat bahwa semua (kandungan) Tathagatha dan dunia samsara, kemurnian dan ketidak-murnian, serta keberadaan dan ketidak-beradaan, hanyalah merupakan wujud yang disebabkan oleh transformasi pikiranku sendiri. Yang Dijunjungi, disebabkan oleh pengertianku yang jelas bahwa kesadaran pikiranlah yang menyebabkan segala hal yang berada di luar, aku melihat sejumlah Tathagatha yang tak terbatas muncul dari sifat kesadaran, demikianlah Sang Buddha meramalkan bahwa aku akan menjadi penerusNya. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pendapatku yang terbaik adalah perenungan dengan seksama bahwa semua kemunculan (wujud) di sepuluh penjuru hanyalah tercipta oleh kesadaran. Bila pikiran sadar menjadi terang dan murni, seseorang menyadari realitas utuh. Dia meninggalkan segala ketergantungan pada hal diluar/alinnya dan memutuskan semua keterikatan yang disebabkan oleh perbedaan tak terhenti dengan demikian mencapai Anutpattika-Dharma-ksanti.” 24. Meditasi Pada Unsur Persepsi Pangeran Dharma Mahasthamaprapta, yang memimpin ke lima puluh dua Bodhisattva, bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat pada kalpa yang lalu yang tak terhitung bagaikan butir pasir di sungai Gangga, ada seorang Buddha yang bernama ‘Cahaya Tak Terhingga’ (Amitabha) muncul di dunia. Beliau digantikan oleh sebelas Tathagatha berikut lainnya didalam kalpa yang sama. Yang terakhir bernama ‘Buddha Yang CahayaNya melebihi Cahaya Matahari dan Bulan’; Beliau mengajari aku cara mencapai keadaan Samadhi dengan merenungkan sepenuhnya pada Buddha (Amitabha). Sebagai gambaran, bila seseorang selalu mengingat seseorang lainnya tetapi orang lainnya itu telah melupakannya, mereka mungkin akan bertemu dan melihat satu sama lainnya tanpa saling mengenal. Akan tetapi, jika keduanya saling mengingat satu sama lainnya sampai kenangannya tak-terhapus, maka dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya mereka menjadi tak terpisahkan bagaikan suatu tubuh dan bayangannya. Para Tathagatha di sepuluh penjuru disebabkan oleh welas asihnya yang besar terhadap semua mahluk hidup selalu memikirkan mereka, bagaikan seorang ibu yang tidak pernah berhenti memikirkan anaknya. Jika si anak meninggalkannya, kerinduannya tidak akan menolong. Tetapi jika si anak juga memikirkan ibunya dengan kerinduan yang sama, mereka tidak akan terpisahkan sekalipun melewati berbagai kelahiran. Jika mahluk hidup mengingat dan memikirkan Buddha, mereka pasti akan melihatNya didalam kehidupannya kini maupun yang akan datang. Mereka tidak akan jauh dari Buddha dan tanpa bantuan upaya apapun, pikirannya akan terbuka. Bagaikan seseorang yang badannya diharumkan oleh dupa akan mengeluarkan wangi, dengan demikian ia disebut ‘Seseorang yang diagungkan oleh wangi dan cahaya Buddha.’ Sebagai latihan dasar aku memusatkan semua kesadaranku untuk merenungkan Buddha sampai aku mencapai Anutpattika-dharma-ksanti. Itulah sebabnya sekarang aku membantu semua mahluk hidup di dunia ini untuk mengendalikan pikiran mereka dengan mengucapkan nama Buddha agar mereka bisa mencapai (terlahir) di Tanah Suci. Karena Sang Buddha sekarang menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurutku tidak ada yang melebihi pengendalian sempurna atas ke-enam organ sensasi melalui pengarahan pikiran murni yang berkelanjutan untuk mencapai samadhi.” E. Metode Pencapaian Penerangan Sempurna dari Avalokitesvara 25. Meditasi Pada Kontemplasi Suara Batin Bodhisattva Avalokitesvara kemudian bangkit dari tempat duduknya, bersujud di kaki Sang Buddha dan berkata: “Aku masih ingat didalam kalpa yang lamanya bagaikan butir pasir sungai Gangga di masa lalu, ada seorang Buddha bernama Avalokitesvara muncul di dunia. Di bawah bimbinganNya, aku mengembangkan pikiran Bodhi. Buddha tersebut mengajari aku untuk memasuki samadhi melalui kontemplasi Suara Batin. Pada mulanya aku mengarahkan organ pendengaran kedalam arus meditasi (melupakan kondisi subyektif) sehingga organ ini terpisah dari obyeknya, dan dengan menghapuskan (konsep) suara maupun memasuki arus, baik gerakan maupun keheningan terkristalisasi dan tidak timbul. Meningkat perlahan-lahan, baik pendengaran maupun yang terdengar (obyeknya) kemudian menghilang sama sekali, tetapi aku tidak berhenti sampai di situ. Ketika kesadaran atas keadaan ini dan keadaannya sendiri (obyeknya) telah disadari sebagai tidak nyata/berada, baik subyek maupun obyek dilebur kedalam kekosongan, dan kesadaran atas ini mencakup segala-galanya. Dengan menghilangkan kekosongan dan apa yang dikosongkan lebih lanjut, penciptaan dan kehancuran dihilangkan, maka pemadaman sempurna (Nirvana) terwujud. Tiba-tiba aku melampaui baik duniawi maupun non-duniawi dan dari itu menyadari suatu penerangan yang mencakup segala-galanya di sepuluh penjuru dunia serta memperoleh dua pahala yang tak terlampaui. Yang pertama adalah diatas aku bergabung dengan Pikiran Pencerahan Sempurna hakiki dari semua Buddha di sepuluh penjuru dan memiliki kekuatan welas asih yang sama dengan yang dimiliki para Tathagatha. Yang kedua adalah di bawah aku bergabung semua mahluk hidup didalam ke enam alam kehidupan di sepuluh penjuru dan aku menumbuhkan rasa cinta kasih yang setara terhadap semua mahluk hidup. Yang Dijunjungi, sewaktu aku mengikuti dan mengabdi pada Tathagatha Avalokitesvara, Beliau mengajari aku cara menggunakan pendengaran ilusi untuk mengembangkan pendengaran (absolut) guna menyadari samadhi Intan (vajra) yang sama dengan samadhiNya para Buddha. Karena aku telah memiliki kekuatan welas asih yang sama dengan para Buddha, aku dapat mengubah diri kedalam tiga puluh dua wujud tubuh untuk mengunjungi berbagai dunia samsara (guna menyelamatkan mahluk hidup). Kemudian Sang Bodhisattva menjelaskan secara terperinci ke tiga puluh dua wujud yang (dapat) diambilnya dan menyatakan bahwa dengan kekuatan tak-tercipta yang mendalam dari samadhi yang sama, Ia dapat memberikan empat belas jenis ketidak-gentaran kepada semua mahluk hidup, dan bahwa sebagai tambahan, Ia telah memperoleh ke empat pahala tak-tercipta yang tak-Terbayangkan dan luar biasa. Karena Sang Buddha sekarang Menanyakan cara terbaik untuk mencapai kesempurnaan, menurut pengalaman pribadiku, yang terbaik adalah dengan mengendalikan organ pendengaran untuk menenangkan pikiran (berkonsentrasi) guna memasuki arus meditasi, dan dari itu memasuki keadaan samadhi yang membimbing ke arah Bodhi. Yang Dijunjungi, Buddha tersebut memuji metode pencapaian Pencerahan Sempurnaku yang unggul dan di hadapan persamuan memberi aku nama Avalokitesvara. Karena kemampuanku mendengar dan kontemplasiku (menyadari) Yang Sempurna di sepuluh penjuru, namaku dikenal di mana-mana di sepuluh penjuru.” Setelah itu, Sang Tathagatha berkata kepada Pangeran Dharma, Bodhisattva Manjusri: “Engkau harus merenungkan ke dua puluh lima Bodhisattva dan Arahat yang tidak perlu belajar lebih lanjut ini, dimana mereka masing-masing telah menceritakan metode bijaksana yang digunakan pada saat permulaan latihan mereka untuk mencapai ke-Bodhi-an. Didalam kenyataan, latihan mereka tidak berbeda dan tidak lebih bagus atau lebih jelek satu sama lainnya. Katakanlah yang mana yang cocok untuk Ananda sehingga dia bisa memperoleh pencerahan dan yang manakah yang termudah mencapai hasil sesuai kemampuannya, juga untuk kebaikan mahluk hidup yang - sesudah NirvanaKu - ingin mempraktekkan jalan Bodhisattva didalam pencarian Bodhi Sempurna. Sesudah diperintahkan, Bodhisattva Manjusri bangkit dari tempat dudukNya, bersujud di kaki Sang Buddha dan mengucapkan gatha berikut ini dengan hormat: Lautan Pencerahan (Bodhi) adalah sempurna dan terang sifatnya, Bodhi suci dan tak bernoda adalah sumber yang luar biasa dan tak terbatas. Cahaya hakikinya bersinar, sehingga tercipta obyek, yang kemudian menutupi sifat hakikinya yang terang. Demikianlah dalam kepalsuan muncul kekosongan sepihak, didalam mana suatu dunia maya (tidak kekal) terbentuk proses berpikir (yang mengendap) membentuk alam dan dunia, sedangkan dia yang mengetahui menjadi mahluk hidup. Kehampaan yang tercipta demikian didalam Bodhi adalah bagaikan gelembung kecil didalam samudra dunia, negara yang tak terhitung bagaikan titik debu muncul didalam kekosongan (relatif) ini. Bila gelembung ini pecah, ketidaknyataan, kehampaan ini terungkap. Apalagi dengan ke tiga alam kehidupan sekalipun semua kembali pada Sifat Tunggal dari sumbernya. Ada berbagai metode bijaksana untuk mencapai tujuan itu, sekalipun sifat suci mencakup semua, metode langsung atau kebalikannya adalah cara bijaksana. Demikianlah pikiran yang baru di-inisiasi dengan sikap berlainan bisa cepat atau lambat memasuki samadhi. Wujud yang terkristalisasi dari pikiran adalah terlalu sulit untuk diteliti, bagaimana kesempurnaan bisa tercapai melalui wujud yang susah dibedakan ini? Bunyi, ucapan, kata, dan kalimat masing-masing dibatasi oleh definisi tertentu (keterbatasannya) yang dengan sendirinya tidak mencakup semuanya, bagaimana ini bisa membantu pencapaian kesempurnaan? Bau dicerap bila berhubungan dengan hidup, tanpa hubungan itu seseorang tidak mengetahui jika itu ada, bagaimana mungkin sesuatu yang tidak selalu ada menjadi suatu media untuk mencapai kesempurnaan? Cita rasa tidak timbul dengan sendiri melainkan dicerap, bilamana muncul sesuatu untuk dirasai (aroma), karena sensasi rasa sangat bervariasi, bagaimana itu bisa membimbing ke arah kesempurnaan? Sentuhan timbul bila ada obyek yang disentuh, tanpa suatu obyek, sentuhan itu tidak ada karena hubungan dan pemisahannya tidak tetap, bagaimana sentuhan bisa membantu mencapai kesempurnaan? Dharma disebut sebagai pencemaran (debu) dari dalam, dengan mengandalkannya mengandung arti suatu obyek (sensasi) karena subyek dan obyek tidak mencakup segala-galanya, bagaimana Dharma bisa membimbing seseorang menuju kesempurnaan? Organ penglihatan, sekalipun mencerap dengan jelas, melihat benda yang didepan tetapi tidak dapat melihat ke belakang, bagaimana bisa penglihatan partial ke-4 jurusan membantu seseorang mencapai kesempurnaan? Nafas dalam dan luar tidak mempunyai mata rantai yang menyatukannya. Bagaimana bisa, tanpa dihubungkan (dapat) digunakan untuk mencapai kesempurnaan? Lidah tidaklah berguna bilamana tidak ada yang dirasai, bilamana ada yang dirasai (aroma), akan timbul cita rasa yang menghilang bila tidak ada yang dirasai (aroma). Bagaimana ini bisa mencapai kesempurnaan? Tubuh harus dikondisi dengan obyek yang tersentuh. Kedua-duanya tidak bisa digunakan untuk meditasi yang mencakup segala-galanya yang berada diluar, baik subyek maupun obyek dengan keterbatasannya. Bagaimana ini bisa berfungsi (untuk) mencapai kesempurnaan? Pergolakan pikiran timbul dari hati yang kacau, ketenangan dan intuisi timbul dari persepsi yang benar. Karena pikiran yang bergolak paling susah dihilangkan, bagaimana intelek bisa berfungsi mencapai kesempurnaan? Gabungan kesadaran dari mata dan penglihatan mempunyai tiga komponen yang tidak menetap. Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak mempunyai substansi digunakan sebagai media untuk mencapai kesempurnaan? Kesadaran pendengaran yang mencapai ke 10 penjuru memerlukan suatu penyebab besar untuk perkembangannya, tetapi manusia yang tak terlatih tidak bisa mencapainya. Bagaimana ini bisa membantu mencapai kesempurnaan? Meditasi pada hidung hanyalah suatu cara bijaksana untuk mengendalikan pikiran dengan memadukannya untuk suatu saat, tetapi tempat menetap yang keliru bisa menciptakan tempat menetap yang bersifat khayalan. Bagaimana ini bisa digunakan untuk mencapai kesempurnaan? Membabarkan Dharma mengandalkan kata dan bahasa tetapi pencerahan terjadi dari praktek di masa lalu. Kata dan kalimat tidak terbebas dari ‘kerancuan’ (pencemaran). Bagaimana ini bisa menjadi media mencapai kesempurnaan? Mematuhi aturan moralitas (sila) mengendalikan tubuh. Tanpa tubuh tidak ada yang dikendalikan karena pengendalian tubuh tidak mencakup segala-galanya. Bagaimana ini bisa berfungsi untuk mencapai kesempurnaan? Kekuatan transenden berasal dari penyebab masa lalu; apa hubungannya dengan kesadaran membedakan (Dharma)? Pikiran terkondisi tidak berbeda dengan hal/benda (Dharma), bagaimana itu bisa berfungsi untuk mencapai kesempurnaan? Jika unsur tanah digunakan untuk perenungan itu adalah keras dan tidak dapat ditembus. Yang bersifat duniawi (terkondisi), kurang (terpenuhi) sifat rohaninya. Bagaimana itu bisa digunakan untuk mencapai kesempurnaan? Jika unsur air digunakan untuk meditasi, pikiran yang kemudian timbul tidak memiliki (sifat) kenyataan. Diluar perasaan dan penglihatan adalah bersifat mutlak adanya, bagaimana air dapat membantu mencapai kesempurnaan? Jika unsur api digunakan untuk meditasi, penolakan nafsu bukanlah pengingkaran sempurna. Ini bukanlah cara bagi pikrian yang baru diinisiasi. Bagaimana api bisa menjadi media untuk mencapai kesempurnaan? Jika meditasi dilakukan pada unsur angin, gerakan dan kediaman adalah dualitas yang palsu. Dualitas tidak bisa melahirkan pencerahan (Bodhi) tertinggi. Bagaimana angin bisa membantu untuk mencapai kesempurnaan? Jika unsur ruang angkasa digunakan untuk meditasi, kegelapan dan kemuramannya bukanlah pencerahan karena apapun yang tidak memiliki pencerahan sangat berbeda dengan Bodhi. Bagaimana unsure ruang angkasa bisa membantu mencapai kesempurnaan? Jika engkau bermeditasi pada unsur kesadaran, hal itu senantiasa berubah dan tidak tetap. Bahkan pikiran yang ditujukan pada hal itu adalah palsu adanya. Bagaimana unsur tersebut dapat membantu mencapai kesempurnaan? Semua kegiatan (fenomena) adalah tidak tetap (sensasi,) pikiran dengan sendiri datang dan pergi. Karena penyebab akan selalu berbeda dengan akibat. Bagaimana sensasi bisa mencapai kesempurnaan? Aku sekarang menyampaikan kepada Yang Dijunjungi, bahwa semua Buddha di dunia ini muncul untuk mengajarkan metode yang paling cocok yaitu dengan menggunakan kontemplasi Suara Batin yang mencakup segala-galanya. Keadaan samadhi bisa dicapai melalui penangkapan suara (batin). Demikianlah Bodhisattva Avalokitesvara memenangkan pembebasan dan keselamatan dari penderitaan selama kalpa yang tak-terhitung bagaikan pasir Gangga. Dia memasuki Tanah Suci Buddha yang sama banyaknya. Memperoleh kekuatan pengendalian diri dari pembebasannya dan memberikan ketidak-gentaran kepada semua insan. Engkau yang mensucikan semua suara, yang merenungkan segala suara, bagaikan suara ombak yang menyelamatkan dan memberikan ketenteraman kepada semua mahluk hidup di dunia. Membantu pembebasan dan pencapaian keabadian mereka. Mata tidak dapat menembus wujud padat, demikian juga mulut dan hidung, tubuh hanya berasa jika tersentuh. Kesadaran pikiran adalah kacau dan tak utuh namun suara (batin) apakah jauh atau dekat bisa didengar setiap saat. Kelima organ lain tidak dapat menandinginya. Pendengaran (pada Suara Batin) itu benar-benar sangat luas. Hadir tidaknya bunyi atau suara tertangkap oleh telinga sebagai ada atau tidak ada. Tanpa bunyi berarti tidak ada yang terdengar tetapi ini bukan berarti bahwa pendengaran tidak terjadi tanpa bunyi, sifat pendengaran tidak hilang, demikian juga ia tidak timbul bila ada suara (luar). Kemampuan pendengaran ini benar-benar berada diluar ciptaan dan penghancuran, serta abadi selamanya. Sekalipun apabila timbul sebersit pikiran didalam mimpi. Sekalipun kondisi dan proses berpikir telah menghilang, pendengaran tidak berakhir, karena kemampuan pendengaran ini melampui segala kesadaran, berada diluar pikiran maupun tubuh yang berada didalam dunia fisik ini. Pengajaran ini adalah melalui suara. Mahluk hidup yang tidak mengetahui sifat pendengaran mengikuti bunyi untuk terus-menerus bertumimbal lahir. Sekalipun Ananda mengingat semua yang pernah didengarnya, dia tidak dapat menguasai diri dari pikiran yang menyimpang. Ini adalah kejatuhan kedalam samsara karena mengikuti suara (ucapan), dengan melawan arus duniawi kekeliruan ini bisa dihindari. Dengarkan, Ananda, dengarkan baik-baik atas nama dan kekuatan sang Buddha aku menerangkan, Raja Vajra, suatu samadhi dengan pengertian tak-terkira bahwa khayalan itu adalah tidak nyata, Samadhi hakiki yang melahirkan semua Buddha. Engkau boleh mendengarkan ajaran rahasia (esoteric) dari Buddha yang banyaknya tak terhitung bagaikan titik debu, tetapi jika engkau tidak bisa menghilangkan nafsu dan ‘kebocoran’, sekalipun banyak belajar, engkau akan tetap membuat kekeliruan. Engkau berkonsentrasi untuk mendengarkan dan belajar ajaran Buddha, mengapa tidak (membalikkan) pendengaranmu sendiri. Pendengaran tidak timbul dengan sendirinya, disebabkan oleh suara ia memperoleh namanya, tetapi bila pendengaran dibalikkan dan terbebas dari suara. Apa yang engkau sebut pada sesuatu yang sudah terpisah? Bila satu organ indera telah kembali ke sumbernya, seluruh enam indera terbebaskan dari (indera) itu (ke-enam kesatuan indera tersebut). Penglihatan dan pendengaran bagai ilusi kelopak mata seperti halnya ketiga alam yang menyerupai bunga di angkasa dengan menghentikan pendengaran luar maka organ ilusi menghilang. Tanpa obyek, Bodhi adalah murni sempurna. Didalam kemurnian sempurna, cahaya terang meliputi semua. Dengan keheningan cahayanya mencakup semua didalam kehampaan. Semua benda/hal duniawi, bila dilihat dengan teliti hanyalah bersifat khayalan yang terlihat didalam mimpi. Gadis Matangi itu, juga bagian dari mimpi. Bagaimana dia bisa memiliki/menahan tubuhmu? Bagaikan seorang dalang panggung yang ahli dalam menyajikan permainan wayang, sekalipun terlihat bergerak dengan bebas sebenarnya hanya digerakkan oleh seikat tali. Bila penggerak ini dihentikan, mereka akan terdiam. Keseluruhan khayalan tidak memiliki suatu sifat, demikian juga ke-6 organ sensasi mulanya berasal dari satu alaya (vijnana) (sumber kesadaran) yang bercabang kedalam enam kesatuan (indera). Jika salah satu dari (indera) itu (ke-enam kesatuan indera tersebut) kembali ke sumber, maka ke seluruhan enam fungsi juga akan berakhir. Dengan semua kotoran (obyek pencemaran) dihentikan, maka Bodhi kemudian tercapai. Sisa kekotoran apapun membutuhkan belajar lebih lanjut bila pencerahan telah sempurna, itulah Thatagatha. Ananda dan kalian semua yang mendengarkan di sini haruslah membalikkan kemampuan pendengaranmu kedalam (batin) untuk mendengarkan hakekat dirimu yang dengan sendirinya akan mencapai Bodhi sempurna. Inilah cara memperoleh pencerahan. Buddha yang banyaknya bagaikan pasir sungai Gangga melalui gerbang yang ini ke Nirvana . Semua Tathagata di masa lalu telah menguasai dan menyempurnakan metode ini. Mereka semua yang belajar dan berlatih diri di masa yang akan datang, juga harus mengandalkan Dharma ini bukan hanya Avalokitesvara yang melatihnya sendiri karena aku juga telah lulus dari metode itu. Yang Dijunjungi menanyakan cara bijaksana bagi mereka di jaman berakhirnya Dharma, yang ingin keluar dari (lingkaran) samsara (hidup dan mati) didalam pencarian pembebasan (pikiran Nirvana) adalah terbaik dengan merenungkan Suara Batin. Semua metode lainnya adalah cara bijaksana yang digunakan Buddha didalam kasus tertentu untuk melindungi muridNya dari kesulitan yang kadang-kadang timbul. Itu tidak baik digunakan sebagai praktek yang umum. Oleh orang yang berbeda-beda sifatnya, aku memberi hormat pada Tathagatha dan Dharma dan mereka yang berada diluar semua arus duniawi dengan keyakinan mereka akan membantu generasi yang akan datang sehingga mereka memiliki keyakinan (yang teguh) dalam cara bijaksana yang mudah dipelajari ini. Cara ini baik untuk mengajari Ananda dan bagi mereka didalam masa berakhirnya Dharma, mereka harus melatih alat pendengaran ini. Suatu penembusan sempurna yang melampaui semua lainnya, suatu cara untuk mencapai Pikiran Hakiki. Pada saat itu, Ananda dan semua yang berada didalam persamuan agung ini mengalami suatu kejernihan dalam tubuh dan pikiran mereka, sesudah memperoleh petunjuk yang luhur, mereka merenungkan pencerahan dan parinirvana Buddha bagaikan seseorang yang telah bepergian jauh, mengetahui bahwa dia sudah berada di jalan kembali, sekalipun belum kembali seluruhnya. Seluruh persamuan, dewa, naga, dan kelompok mahluk suci lainnya yang berada di jalan Srvaka yang masih memerlukan untuk belajar lagi, maupun Bodhisattva yang baru mulai belajar, yang banyaknya bagaikan butir pasir di 10 penjuru sungai Gangga, menemukan pikiran mendasar mereka, dan dengan menghilangkan kekotoran dan pencemaran, memperoleh kemurnian mata dharma. Bhiksuni yang bernama “Sifat Diri” memperoleh ke-Arahat-an sesudah mendengarkan gatha ini, dan mahluk hidup tak terhitung banyaknya menetapkan pikirannya pada Anuttara-samyak-sambodhi. Kita telah membaca singkat metode meditasi yang dipuji oleh semua Buddha dan pengalaman-pengalaman meditasi para Arahat dan Bodhisattva waktu mereka mencapai Penerangan didalam Suranggama Sutra. Dijelaskan Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara adalah metode yang terbaik untuk mencapai Penerangan dan dianjurkan diakhir Periode Dharma untuk diperaktekkan oleh manusia untuk mencapai Penerangan. Namun bagaimana memperaktekkanya? Hal inilah yang akan kita bahas didalam buku penjelasan singkat ini. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan sebelum memperaktekan Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara ini, yaitu: 1. Adanya Seorang Guru Meditasi Bodhisattva Avalokitesvara menceritakan bahwa ia memiliki seorang Guru yang bernama Buddha Avalokitesvara dan Dialah yang mengajarkan Metode Suara Batin ini kepada Bodhisattva Avalokitesvara. Manjusri Bodhisattva juga telah lulus memperaktekkan Metode Suara Batin ini, sedangkan Guru Manjusri Bodhisattva adalah Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamunilah yang mengajarkan Metode Suara batin kepada Manjusri Bodhisattva. Setelah kita menarik kesimpulan sederhana dari pengalaman para suci masa lalu, maka tentu saja kita yang mau memperaktekkan Metode Suara Batin ini harus memiliki seorang Guru. Tentu bukan sembarang Guru Meditasi karena Guru inilah yang akan membuka telinga rohani kita sehingga kita dapat mendengarkan suara rohani seperti Bodhisattva Avalokitesvara. Guru meditasi ini jugalah yang akan membimbing kita mencapai pencerahan. Buddha Sakyamuni selaku Guru Manjusri Bodhisattva dan Buddha Avalokitesvara selaku guru Bodhisatva Avalokitesvara adalah bukan sembarang Guru Meditasi. Mereka adalah guru-guru tercerahkan. Mereka memiliki milyaran jelmaan. Tentu guru yang kita cari pun harus memiliki milyaran jelmaan, karena jelmaan-jelmaan merekalah yang akan menjaga kita dalam menelusuri alam-alam rohani. Jika mereka tidak memiliki jelmaan sungguh berbahaya sekali dalam melakukan meditasi karena bisa saja kita tertipu oleh iblis (marra) yang menyamar menjadi orang-orang suci untuk menipu kita atau membuat tujuan mulia kita menyimpang. 2. Adanya Suara Rohani Bodhisattva Avalokitesvara mendengarkan suara ombak dalam meditasinya. Lalu suara ombak yang bagaimanakah yang didengar Bodhisattva Avalokitesvara. Apakah kita harus pergi kepantai untuk mendengar suara ombak itu. Bukan seperti itu, dijelaskan dalam Saddharmapundarika sutra dikatakan bahwa: “Betapa indahnya suara Sang Avalokitesvara, suara brahma, suara deburan pasang samudera melampaui segala suara di alam semesta.” Suara ombak yang didengar Bodhisattva Avalokitesvara adalah suara alam-alam rohani, bukan suara dari dunia. Suara ombak ini merupakan suara rohani dari alam Brahma. Alam Brahma adalah alam rohani diatas alam Dewa. Suara ombak yang didengar Bodhisattva Avalokitesvara adalah salah satu dari Suara Batin. Suara Batin ini bukanlah suara luar melainkan suara yang dapat didengar dari dalam batin sendiri. Hal ini dijelaskan dalam Suranggama Sutra yang mengatakan: “ Ananda dan kalian semua yang mendengarkan di sini haruslah membalikkan kemampuan pendengaranmu kedalam (batin) untuk mendengarkan hakekat dirimu yang dengan sendirinya akan mencapai Bodhi sempurna. Inilah cara memperoleh pencerahan.” Hal ini jelas sekali bahwa seharusnya seseorang yang ingin memperaktekkan Metode Suara Batin harus membalikkan pendengaran kedalam batin, bukan sebaliknya keluar. Suara ini merupakan Hakikat Diri / Hakkat Kebuddhaan yang bersemayam dalam semua mahluk. Setelah mendengar suara batin ini maka kita setidaknya telah mencapai pencerahan. Inilah yang dikenal dengan Pencerahan Seketika. Namun untuk mendengar suara batin ini kita harus memerlukan seorang Guru Transmisi Suara. Setidaknya kita juga harus mencocokkan pengalaman Bodhisattva Avalokitesvara dengan pengalaman rohani kita dan kita harus juga mengalami suara-suara rohani seperti Bodhisattva Avalokitesvara. 3. Harus Vegetarian Seorang Bodhisattva harus vegetarian karena vegetarian adalah sila dari seorang Bodhisattva. Vegetarian berarti seseorang harus menjauhi komsumsi segala jenis daging dan hanya mengkomsumsi sayur-sayuran. Bodhisattva Avalokitesvara adalah seorang vegetarian. Salah satu kelahirannya sebagai seorang putri yg bernama Miau Shan, diceritakan bahwa sejak lahir ia sudah vegetarian sampai ia dewasa. Jalan ini adalah jalan para Bodhisattva maka kita harus mengikuti mereka untuk vegetarian. Dalam Lankavatara Sutra, Buddha Sakyamuni mengatakan: “Semua mahluk hidup datang dari sumber yang sama. Melalui banyak tumimbal lahir, semua mahluk hidup telah menjadi saudara satu sama lainnya. Bagaimana bisa kita makan daging dari saudara kita?” Semua mahluk telah mengalami kelahiran kembali yang tidak terhitung jumlahnya. Kemungkinan besar mereka pernah menjadi ayah, ibu, adik, kakak, abang, kakek, nenek dan sebagainya. Karena karma buruk mereka bisa saja lahir dialam binatang menjadi seekor binatang seperti ayam, ikan dan lainnya. Namun karena kita tidak mengerti hukum karma dan proses tumbal lahir dialam-alam kehidupan, maka bisa saja setelah mereka menjadi binatang kita memakan mereka. Jadi alangkah baiknya kita memakan sayuran dan menjauhi segala macam jenis daging. Lagi Buddha Sakyamuni mengatakan dalam Sutra Brahmajala: “Orang yang makan daging merusak bibit maha welas asih dari Sifat Kebuddhaan mereka, dan mahluk hidup mana pun yang melihat mereka akan meninggalkan mereka. Oleh karena itu, semua Bodhisattva harus menghindari makan daging dari mahluk hidup manapun karena akan mendatangkan dosa yang tiada batasnya.” Makan daging hanya melenyapkan benih cinta kasih dalam diri kita dan membuat semua mahluk takut mendekati kita karena energi kebencian dari daging binatang yang menolak dibunuh melekat ditubuh kita. Dalam berlatih Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara tidak diperkenankan makan daging apapun secara keras karena makan daging tetap akan bertumimbal lahir dialam-alam kehidupan. Dalam Suranggama Sutra, Buddha Sakyamuni mengatakan: “Kalian semua harus mengetahui walaupun pemakan daging sewaktu-waktu memperoleh pengalaman bahwa pikiran mereka terbuka, seperti dapat memasuki meditasi dengan pikiran tenang tetapi sesungguhnya mereka telah melakukan kejahatan besar dan setelah mereka meninggal tetap terbelenggu roda samsara.” Inilah tiga hal yang harus kita perhatikan sebelum memperaktekkan Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara ini. Setiap jaman baik masa lalu, sekarang dan akan datang tetap akan ada seorang Guru Tercerahkan didunia yang mengajarkan Metode Suara Batin ini, walaupun mereka bisa dihitung dengan tangan. Pada masa lalu untuk mencari seorang Guru Tercerahkan, seseorang harus mengembara meninggalkan kekayaan, kerajaan bahkan keluarga mereka, namun dijaman teknologi yang telah maju tidak perlu demikian. Guru-Guru Meditasi Suara Batin dapat dijumpai dengan mudah di belahan dunia. Dengan berbekal kitab suci dan pemahaman maka kita harus mencocokkan apa yang diajarkan mereka apakah sama dengan kitab suci.

 Keistimewaan Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara 
 Metode meditasi yang dipraktekan Bodhisattva Avalokitesvara sangat berbeda dengan metode meditasi lainnya. Hal ini menyebabkan kenapa Buddha Sakyamuni menganjurkan pada masa akan datang manusia yang ingin mencapai pencerahan dan memasuki Nirvana harus juga memperaktekan metode ini. Ada beberapa keistimewaan Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara dengan metode meditasi lainnya yaitu: 1. Metode ini dapat dipraktekan siapa saja Maksud dapat dipraktekan siapa saja adalah metode ini dapat dipraktekan oleh umat perumah tangga ataupun yang tidak berumah tangga. Menurut Buddha Sakyamuni kesucian dapat dicapai dalam kehidupan berkeluarga dan yang tidak berkeluarga (melajang). Banyak siswa yang berkeluarga mencapai kesucian waktu Buddha Sakyamuni mengajar. Salah satunya adalah Bodhisattva Vimalakirti. Beliau memiliki seorang istri dan berdagang namun Ia tetap membina diri dengan baik sehingga Ia memiliki pengetahuan Dharma yang mendalam. Beliau juga membantu tugas Buddha Sakyamuni dalam menyadarkan manusia didalam Dharma. Didalam Sutra Vimalakirti Nirdesa di ceritakan bahwa Vimalakirti menderita sakit dan Buddha Sakyamuni memerintahkan para Arahat dan Bodhisattva untuk menjengguknya namun mereka tidak berani melakukan tugas yang diperintahkan Buddha Sakyamuni karena Vimalakirti Bodhisattva pernah menegur kelemahan mereka didalam Dharma. Hanya Bodhisattva Manjusri saja yang berani menjenguk Vimalakirti karena hanya Ia saja yang mampu mengimbangi kebijaksanaan Bodhisattva Vimalakirti. Sama halnya demikian jika seseorang baik yang berkeluarga maupun hidup melajang yang memperaktekan Metode Pendengaran Bodhisattva harus membina diri dengan baik maka baru bisa berhasil seperti Bodhisattva- Bodhisattva dimasa lalu. 2. Suara Batin diluar enam indera Objek suara batin bukan berasal dari enam indera (mata, telinga, hidung, mulut, kulit dan pikiran). Jadi walaupun orang tuli jika mendapatkan inisiasi dari Guru Transmisi Suara Batin dapat mendengar suara batin juga karena suara ini bukan berasal dari luar indera. Bodhisattva Manjusri telah menunjukkan kelemahan dari metode meditasi lainnya dan menunjukan kelebihan Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara didalam Suranggama Sutra. Hal ini dapat kita baca kembali didalam Suranggama Sutra. 3. Setelah meninggal dapat melanjutkan latihan dialam-alam rohani Maksudnya adalah jika seseorang telah giat berlatih Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara namun belum berhasil mencapai Nirvana didalam kehidupan ini, maka ia dapat melanjutkan latihan meditasinya dialam-alam rohani. Banyak alam rohani yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni seperti alam Dewa, Brahma, Bodhisattva dan alam Buddha. Kenapa kita bisa melanjutkan metode meditasi yang telah kita peraktekan? Karena Objek meditasi Suara Batin tidak berhubungan dengan indera-indera dari jasmani. Waktu meninggal bagian-bagian jasmani akan musnah seperti mata, telinga, hidung dan sebagainya. Namun bagi praktisi Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara tidak perlu khawatir karena ia tetap bisa berlatih melanjutkan latihannya dialam-alam rohani dan jelmaan Guru akan menemaninya dialam itu. Inilah beberapa keistimewaan Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara, namun sebenarnya masih banyak lagi keistimewaannya yang belum dibahas. Hanya dengan mempelajari dan memperaktekan metode ini maka semua keistimewaan yang lain akan kita jawab sendiri.
  
Guru Meditasi Suara Batin yang Hidup 
 Mencari seorang Guru meditasi yang dapat mengajarkan kita dalam melatih rohani haruslah sangat hati-hati. Perjalanan rohani sangat berbahaya jika tidak didampingi oleh seseorang yang berpengalaman dibidangnya. Seperti masuk kedalam hutan yang lebat setidaknya kita memiliki peta dan seorang pemandu yang sudah berpengalaman. Guru hidup adalah pemandu kita dalam melakukan perjalanan rohani. Seorang pasien tidak dapat memperoleh obat dari dokter yang meninggal dunia walaupun ia begitu pandai. Begitulah seorang guru hidup datang dizamannya dan menolong orang-orang yang berada dizamannya. Setelah mereka meninggal dunia ia menunjuk seseorang untuk melanjutkan tugasnya. Hanya manusia yang dapat mengajar manusia inilah hukum alam. Para Buddha Bodhisattva harus turun kedunia memakai jubah manusia untuk menolong manusia. Bodhisattva Avalokitesvara harus turun kedunia untuk menolong manusia. Ia lahir di negeri China sebagai putri Miau Shan yang dikenal dengan Dewi Kwan Yin. Bodhisattva Maitreya pernah lahir sebagai biksu berkantong. Banyak Bodhisatva yang turun kedunia tapi kita tidak mengenalnya. Untuk mengenali mereka kadang sulit tapi setidaknya mereka dapat membuktikan kebenaran dalam kitab suci Buddha. Apa yang dilakukan Buddha Sakyamuni sedikit banyak mereka dapat melakukannya. Seperti dapat membawa orang kejalan penerangan dengan menunjukkan kesejatian. Mereka dapat membawa murid-muridnya mengunjungi alam-alam rohani seperti alam surga, neraka bahkan alam para Buddha. Yang lebih penting lagi mereka harus memiliki ribuan bahkan milyaran jelmaan untuk menjaga murid-muridnya baik jauh maupun dekat. Seperti yang tercantum dalam Sutra Ksitigarbha Bodhisattva diceritakan bahwa Bodhisattva Ksitigarbha memiliki badan jelmaan yang tak terhitung banyaknya dialam-alam neraka dan dalam Saddharma Pundarika Sutra diceritakan bahwa Bodhisattva Avalokitesvara memiliki badan jelmaan yang ada disetiap alam dan dapat mewujud menjadi apa saja untuk menolong umat sengsara. Buddha Sakyamuni dikenal sebagai guru manusia dan para dewa karena waktu muridnya bermeditasi mereka melihat guruNya mengajar dialam dewa bukan hanya dialam manusia, karena gurunya dapat menjelmakan dirinya untuk mengajar dialam-alam lain. Seorang guru yang hidup harus memiliki milyaran jelmaan untuk menjaga murid-muridnya secara rohani jika tidak iblis akan menyesatkan mereka. Seorang Guru Hidup harus Maha Hadir ( Omnipresent ) atau ada dimana-mana karena ia telah bersatu dengan alam semesta, Ia telah menembus ruang dan waktu. Jadi kita dapat mengetahui 3 syarat utama dari Guru Hidup yang mengajarkan Metode Suara Batin yaitu: 1. Guru tersebut harus bisa menunjukkan Kesejatian kepada murid-muridnya. Apakah yang Kesejatian itu? Kesejatian adalah Hakikat Kebuddhaan yang bersemayam dalam semua mahluk. Waktu mengalami penerangan seseorang akan mengalami kesejatiannya sendiri. Jadi Guru tersebut harus mampu menunjukkan Hakikat Kebuddhaan yang bersemayam dalam diri kita. Namun apakah Kesejatian atau Hakikat Kebuddhaan itu? Buddha sakyamuni mengatakan dalam Sutra Maha Kesadaran Sempuna: “Pada dasarnya jati diri ini suci bersih, terang benderang, tenang, tanpa reaksi, tidak lahir dan tidak lahir dan tidak mati. Ia adalah sari pribadi Buddha (Hakikat Kebudhaan)” Jati Diri atau Hakikat Kebuddhaan adalah Cahaya yang terang benderang, Cahaya abadi yang bersemayam dalam batin semua mahluk. Para Arahat dan Bodhisattva mengalami Cahaya yang terang benderang waktu mengalami pencerahan seperti yang diceritakan dalam Suranggama Sutra, sedangkan Bodhisattva Avalokitesvara tercerahkan setelah mendengar Suara Batin. Dalam memperaktekkan Metode Meditasi Pendengaran Avalokitesvara seseorang harus mendengar Suara Hakikat Dirinya. Suara yang berasal dari Hakikat diri atau Hakikat Kebuddhaan. Sebenarnya Cahaya dan Suara ini adalah satu, pada frekuensi tertentu maka getaran akan berubah menjadi suara dan pada frekuensi tinggi akan berbuah menjadi cahaya. Cahaya Suara Batin ini tidak dapat dipisahkan seperti matahari dengan panasnya. Cahaya dan Suara adalah sejati, Cahaya dan Suara ini dibicarakan dalam semua kitab suci. Cahaya dan Suara ini diluar 6 indera (mata, telinga, hidung, mulut, kulit dan pikiran). Cahaya dan Suara ini berasal dari alam rohani bukan dari dunia ini. Walaupun orang itu mengalami buta dan tuli tapi jika diinisiasi ia dapat melihat Cahaya dan mendengar Suara ilahi ini. Walaupun ia meninggal ia masih dapat berlatih metode ini dialam-alam rohani. Seperti kita mengendarai kendaraan dimalam hari kita memerlukan cahaya lampu dan setidaknya ada suara mesin, jadi kita tahu bahwa kita sedang berjalan untuk pulang. 2. Guru Meditasi Suara Batin harus memiliki tubuh jelmaan yang tanpa batas. Bodhisattva Avalokitesvara memiliki badan jelmaan yang dapat hadir disepuluh penjuru alam semesta, demikianlah paling tidak seseorang Guru Suara Batin harus mampu memiliki tubuh jelmaan yang tanpa batas sama seperti Bodhisattva Avalokitesvara. Tubuh jelmaan ini digunakan untuk menjaga siswanya baik jauh maupun dekat agar terhindar hal-hal yang tidak diinginkan. 3. Mengajarkan ke jalan hidup yang benar Apakah itu jalan hidup yang benar? Jalan hidup yang benar adalah jalan yang mencegah seseorang berbuat jahat. Mengajarkan seseorang untuk mengasihi mahluk lainnya walaupun itu seekor binatang. Mengajarkan siswanya untuk menjalankan Jalan Utama Beruas Delapan seperti yang diajarkan oleh sang Buddha yang terdiri dari Sila ( Moral ) , Samadhi (Meditasi) , Panna (Kebijaksanaan). Inilah 3 syarat untuk mengenali seorang Guru Meditasi Suara Batin. Bagi mereka yang tertarik mempelajari Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara ini bisa mempelajarinya dari Guru Adi Dharma. Beliau adalah salah satu Guru Meditasi Suara Batin didunia yang mengajarkan Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara kepada banyak orang yang ingin mendalami rohani. Untuk mempelajari Metode Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara, Guru Adi Dharma menetapkan beberapa syarat-syarat yang harus dijalankan sebelum mendapatkan inisiasi. Inisiasi adalah proses membuka mata kebijaksanaan sehingga siswa dapat mendengar Suara Batin. Syarat-syarat yang harus dijalankan siswa sebelum dan sesudah mendapatkan inisiasi adalah: 1. Siswa harus menjalankan diet vegetarian minimal 3 bulan atau lebih sebelum inisiasi. Setelah inisiasi siswa harus tetap vegetarian seumur hidup jika ia masih tetap ingin berlatih Metode Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara. 2. Berusaha menjalankan 5 aturan moral (sila) Berlatih rohani tanpa latihan moral akan sia-sia. Latihan moral dijalankan agar latihan rohani siswa tidak merosot. Siswa setidaknya harus menjalankan 5 aturan moral, yaitu: 1. Berusaha menghindari pembunuhan. Pembunuhan ada 2 jenis yaitu langsung dan tidak langsung. Pembunuhan langsung seperti kita membunuh binatang dengan pisau sehingga mati. Pembunuhan tidak langsung seperti orang lain yang membunuh mahluk hidup untuk kepentingan kita karena kita hendak memakan dagingnya. 2. Berusaha menghindari pencurian. Menghindari pencurian seperti tidak mengambil barang yang tidak diberikan kepada kita. 3. Berusaha menghindari kata-kata yang tidak benar. Menghindari kata-kata tidak benar seperti berdusta, bergunjing, berbohong, dan sebagainya. 4. Berusaha menghindari perbuatan asusila. Perbuatan asusila seperti melakukan hubungan badan diluar pernikahan, amoral dan lain sebagainya. Jika siswa tidak bisa hidup selibat dianjurkan untuk mencari pasangan hidup dan menikah secara resmi sehingga terhindar dari perbuatan asusila. 5. Berusaha menghindari mengkomsumsi makanan dan minuman yang melemahkan kesadaran. Siswa dilarang mengkomsumsi narkoba, minuman keras, menghisap rokok dan sejenisnya yang dapat melemahkan kesadaran spiritual. Lima sila ini sebagai pelindung dalam latihan rohani, seperti pagar yang melindungi rumah dari serangan binatang-binatang buas. Jika siswa tidak berusaha menjalankan sila itu, ia seperti menampung air dengan susah payah kedalam ember yang bocor. Sehingga berlatih rohani dengan tekun pun akan sia-sia. 3. Menjalankan Mata Pencaharian Benar Mata pencarian yang benar yaitu mata pencarian yang tidak merugikan mahluk lain dan hal-hal yang merugikan latihan rohani. Hal ini ditujukan agar siswa di dunia tidak melakukan banyak ikatan karma yang mengikatnya di dunia ini. Lima macam mata pencarian yang tidak benar yaitu: 1. Dilarang berdagang daging, seperti daging segala jenis binatang. 2. Dilarang berdagang minuman dan makanan yang memabukkan, seperti menjual minuman keras dan sebagainya. 3. Dilarang berdagang mahluk hidup, seperti menjual ayam, ikan dan sebagainya. 4. Dilarang berdagang senjata, seperti pisau, pedang, senapan dan sebagainya. 5. Dilarang berdagang racun, seperti racun tikus dan sebagainya Inilah tiga syarat utama agar siswa mendapatkan inisiasi dalam Meditasi Pendengaran Bodhisattva Avalokitesvara agar diterima oleh Guru Adi Dharma. Ajaran ini gratis, tidak memungut biaya apapun dan tidak perlu meninggalkan keluarga dan kepercayaan masing-masing. Ajaran ini bersifat universal yang bertujuan agar manusia dapat memahami Hakikat Kebuddhaan dan agar manusia memahami tujuan hidup yang sesungguhnya.